Bisnis.com, JAKARTA - Perang Rusia Ukraina berdampak buruk bagi masyarakat. Saat eskalator meluncur turun ke pemberhentian kereta bawah tanah, mulai terlihat hamparan kasur busa, koper, dan kantong plastik berisi makanan.
Ruang di bawah tanah sangat sunyi, walaupun ada sekitar 200 orang berkemah di sana untuk menghindari serangan bom dan artileri di atas. Mereka tidur bersama sekitar tiga atau empat orang untuk satu kasur.
Anak-anak mendorong mobil mainan di atas lempengan granit abu-abu di lantai stasiun sambil melihat ibu mereka menggulir ponsel tanpa henti yang mencari berita tentang perang.
Tangan dan kaki kecil menonjol dari bawah selimut, walaupun terasa lebih hangat di stasiun daripada di atas tanah. Relawan datang dan pergi, membawa makanan dan kebutuhan hidup lainnya. Adapun seorang ibu mendirikan tenda untuk sedikit privasinya.
“Tidak begitu nyaman,” kata Ulyana yang berusia 9 tahun dan telah tinggal di stasiun Dorohozhychi bersama ibu dan kucingnya selama enam hari, dilansir dari New York Times, Jumat (4/3/2022).
“Tapi Anda tahu, inilah situasinya, dan kami hanya harus menerimanya. Lebih baik berada di sini daripada masuk ke situasi di luar,” tambahnya.
Menurut Wali Kota Kyiv, sebanyak 15.000 orang tinggal di stasiun kereta bawah tanah untuk melarikan diri dari kondisi suram di kota itu saat pasukan Rusia turun dan kebanyakan dari mereka wanita serta anak-anak.
Namun, pemberhentian kereta bawah tanah bukan satu-satunya tempat perlindungan di bawah tanah. Dokter di Rumah Sakit Bersalin No. 5 di Kyiv, telah menyiapkan kamar di ruang bawah tanah demi memberikan tempat yang aman bagi wanita untuk melahirkan.
“Sejauh ini, 5 bayi telah lahir dengan cara ini,” kata Dmytro Govseyev, Direktur Klinik.
Meskipun kebanyakan orang di Kyiv tetap tinggal di apartemen mereka, tetapi ribuan orang lainnya memilih untuk bersembunyi dari bahaya di atas dengan berlindung di pemberhentian kereta bawah tanah. Mereka telah hidup berhari-hari dalam kondisi komunal yang sempit, wanita dan anak-anak dari segala usia, bersama dengan pria yang terlalu tua untuk bergabung dalam pertempuran di atas.
Olha Kovalchuk, seorang Dokter Hewan yang berumur 45 tahun, bersama putrinya, Oksana, seorang mahasiswa ekologi yang berusia 18, bergiliran tidur di bangku kayu di stasiun Dorohozhychi.
“Ini adalah ruang kami,” kata Kovalchuk.
Di dekatnya, orang-orang berkerumun di sekitar fasilitas pengisian cepat daya ponsel. Untungnya, sistem kereta bawah tanah memiliki toilet umum yang ditata dengan baik.
Tidak ada seorang pun di sini yang berani pergi ke mana pun. “Ini buruk untuk anak-anak,” kata Kovalchuk, mengamati tempat kejadian.
“Saya hanya seorang dokter hewan, bukan dokter, tetapi saya dapat memahami betapa buruknya ini bagi mereka. Mereka sedang stres. Mereka menangis di malam hari,” imbuhnya.
Kovalchuk mengatakan bahwa dirinya berada di bawah tekanan sedemikian rupa sehingga hampir tidak bisa tidur. Ia sangat marah pada pria yang memulai perang, Presiden Vladimir V. Putin dari Rusia.
“Saya tidak mau bersumpah. Aku hanya membenci pria itu dengan segenap jiwaku. Lihat betapa banyak rasa sakit yang dia bawa kepada kita,” tegasnya.
Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina secara langsung memengaruhi kualitas kehidupan warga sipil termasuk anak-anak. Selain berdampak pada kesehatan tubuh, situasi perang dan konflik bersenjata ini juga mengakibatkan gangguan psikologis yang serius.