Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Negosiasi Perdana Rusia dan Ukraina Berakhir, Hasilnya?

Negosiasi perdana antara Rusia dan Ukraina yang digelar Senin (28/2) di Belarusia belum menghasilkan kesepakatan gencatan senjata.
Anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina berpartisipasi dalam latihan di bekas pabrik aspal di pinggiran Kyiv, Ukraina, Sabtu (19/2/2022)./Bloomberg-Ethan Swope
Anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina berpartisipasi dalam latihan di bekas pabrik aspal di pinggiran Kyiv, Ukraina, Sabtu (19/2/2022)./Bloomberg-Ethan Swope

Bisnis.com, JAKARTA – Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mikhaylo Podolyak menyatakan pembicaraan perdana antara Rusia dan Ukraina telah berakhir di Belarusia.

Tujuan utama negosiasi tersebut adalah untuk membahas gencatan senjata dan akhir aksi pertempuran di wilayah Ukraina. Namun, dialog perdana yang digelar Senin (28/2) tersebut belum menghasilkan kesepakatan gencatan senjata karena serangan-serangan masih dilakukan tentara Rusia ke Ukraina.

Sedikitnya 11 warga sipil tewas akibat serangan Rusia di Kharkiv, kota terpadat kedua di Ukraina pada Senin (28/2) atau saat dialog perdana tengah berlangsung.

Mikhaylo Podolyak menyatakan bahwa saat ini masing-masing pihak membawa hasil dialog tersebut untuk kembali dikonsultasikan dan akan dibahas pada pertemuan putaran kedua.

“Agar keputusan ini dapat diambil alih. Diimplementasikan sebagai roadmap, para pihak kembali untuk berkonsultasi ke ibu kotanya. Para pihak berdiskusi mengadakan putaran negosiasi lagi di mana keputusan ini dapat dikembangkan,” katanya Senin (28/2/2022) waktu setempat dikutip dari CNN.

Sementara dalam perkembangan terbaru masih dikutip dari CNN, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan bahwa Australia akan mengirim rudal sebagai bagian dari paket bantuan mematikan dan tidak mematikan senilai US$50 juta untuk membantu Ukraina mengusir pasukan Rusia.

Pada konferensi pers hari ini waktu setempat, Morrison menjelaskan bahwa rudal anti-baju besi terbukti sangat efektif untuk pasukan Ukraina.

“Kami menjawab panggilan dari Presiden [Volodymyr] Zelensky. Dia mengatakan kami membutuhkan amunisi, bukan tumpangan dan itulah yang kami lakukan. Kami akan menyediakan US$50 juta untuk mendukung Ukraina, baik yang mematikan maupun yang tidak mematikan. Kita berbicara tentang rudal, kita berbicara tentang amunisi," kata Morrison.

Selanjutnya US$25 juta akan digunakan untuk dukungan kemanusiaan dan membantu organisasi internasional memenuhi kebutuhan orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan di Ukraina.

Pengumuman Selasa mengikuti serangkaian tindakan oleh pemerintah Australia untuk menghukum Rusia atas invasinya ke Ukraina, termasuk menjatuhkan sanksi pada individu Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper