Bisnis.com, JAKARTA - Warga Belarusia telah menyetujui reformasi konstitusi atau referendum yang memungkinkan negara itu menjadi landasan peluncuran senjata nuklir Rusia untuk menyerang Ukraina.
Komisi pemilihan pusat Belarusia yang mengatakan bahwa sekitar 65,2 persen orang yang mengambil bagian dalam referendum memberikan suara mendukung perubahan konstitusi antinuklir.
Dilansir dari Aljazeera pada Senin (28/2/2022), badan-badan tersebut mengatakan partisipasi pemilih mencapai 78,63 persen. Hasilnya tidak terlalu mengejutkan, mengingat aturan yang dikontrol ketat oleh Presiden Alexander Lukashenko.
Hasil referendum itu bisa membawa senjata nuklir kembali ke tanah Belarusia untuk pertama kalinya sejak negara itu menyerahkannya setelah jatuhnya Uni Soviet. Di saat yang sama, Lukashenko telah berada di belakang Presiden Rusia Vladimir Putin yang kini sedang menginvasi Ukraina.
Minggu (27/2/2022), Putin memerintahkan pasukan pencegah nuklir Rusia untuk waspada tinggi seiring meningkatnya ketegangan yang dramatis dengan Negara Barat.
Lukashenko mengatakan bahwa dia dapat meminta Rusia untuk mengembalikan senjata nuklir ke Belarusia.
“Jika Anda [Barat] mentransfer senjata nuklir ke Polandia atau Lithuania, ke perbatasan kami, maka saya akan meminta Putin untuk mengembalikan senjata nuklir yang saya berikan tanpa syarat apa pun,” kata Lukashenko seperti dikutip dari Aljazeera, Senin (28/2/2022).
Referendum konstitusional yang menghapus status nonnuklir Belarusia membuka jalan bagi kerja sama militer yang lebih kuat dengan Rusia.
Dengan demikian, Rusia bisa mengerahkan pasukan ke wilayah Belarusia dengan dalih latihan militer dan kemudian mengirim mereka ke Ukraina sebagai bagian dari invasi.