Bisnis.com, JAKARTA -- Perang antara Rusia dengan Ukraina mulai berkecamuk. Sejumlah pihak khawatir, perang antara dua negara Slavik tersebut akan berpengaruh terhadap stabilitas geopolitik global.
Potensi distabilitas politik, ekonomi dan keamanan bisa saja menjalar ke kawasan lainnya jika eskalasi konflik kedua negara tersebut semakin memuncak. Apalagi banyak pakar yang meramalkan bahwa skenario terburuk dari konflik dua negara itu adalah meletusnya perang dunia ketiga.
Para pemimpin dunia kemudian ramai-ramai mengutuk Presiden Rusia Vladimir Putin. Sanksi kemudian dijatuhkan kepada perusahaan-perusahaan rusia, tak terkecuali Putin dan para kroninya. Putin seperti kata Presiden Amerika Serikat Joe Biden dicap sebagai agresor.
Namun demikian, data yang dicuitkan oleh Kedutaan China di Rusia justru menmpilkan data yang menarik. Data itu sekaligus menyaggah klaim AS yang menyebut Rusia atau Putin senagai agresor.
Dalam cuitannya @ChineseEmbinRus memaparkan di antara 248 konflik bersenjata yang terjadi di 153 wilayah di seluruh dunia dari tahun 1945 hingga 2001, 201 diprakarsai oleh AS.
"Itu terhitung 81 persen dari total jumlah [konflik bersenjata]," demikian cuitan @ChineseEmbinRus dikutip, Minggu (27/2/2022).
Baca Juga
Among the 248 armed conflicts that occurred in 153 regions across the world from 1945 to 2001, 201 were initiated by the #US, accounting for 81% of the total number. pic.twitter.com/Kjn81VIVXP
— Chinese Embassy in Russia ????????? (@ChineseEmbinRus) February 25, 2022
Motif Perang AS
Dalam catatan Bisnis, sejak keluar sebagai pemenang dalam Perang Dunia ke 2, AS terlibat beberapa kali konfrontasi dengan sejumlah negara. Pada dekade 1950-an sampai dengan 1990-an, perang yang diinisiasi AS selalu terjadi dengan dalih membendung ekspansi blok Timur, Uni Soviet (Rusia).
Salah satu perang yang terjadi karena imbas Perang Dingin adalah invasi AS di Vietnam. AS menyerang Vietnam karena menguatnya peran komunis di negara bekas jajahan Prancis tersebut. Sayangnya dalam perang tersebut AS gagal menang dan mereka harus angkat kaki dari Vietnam.
Sementara motif perang yang dilakukan pada tahun 2000-an ke atas umumnya terkait dengan kepemilkan senjata pemusnah massal dan terorisme.
Perang di Afghanistan yang berujung kembali kekuasaan Taliban pada tahun 2021 adalah salah satu perang dengan motif terorisme. AS dinilai banyak pihak gagal dalam perang melenyapkan Taliban.
Sedangkan perang terkait isu senjata pemusnah massal, terjadi di Irak, di Irak AS memang berhasil menggulingkan rezim Saddam Hussein, tetapi gagal mengendalikan situasi di Irak.