Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurikulum Merdeka Memungkinkan Sekolah Temukan Cara Khas Mendidik Murid

Kurikulum Merdeka memungkinkan setiap sekolah menemukan cara khas dalam mendidik murid.
Siswa mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas di SMAN 1 Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (6/9/2021). Protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 dijalankan selama pembelajaran tatap muka secara terbatas. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Siswa mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas di SMAN 1 Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (6/9/2021). Protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 dijalankan selama pembelajaran tatap muka secara terbatas. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA - Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Zulfikri Anas menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka memungkinkan setiap sekolah menemukan cara khas dalam mendidik anak murid.

"Mereka [sekolah] itu yang paling tahu situasi yang ada di sekitarnya, kondisi anak muridnya, dan kita dorong itu sehingga tidak menunggu petunjuk dan yang lainnya. Kami akan berikan kaidah, prinsip, esensi, dan filosofi, serta hal-hal prinsipil, selebihnya guru berkreasi," katanya dalam sebuah webinar dikutip dari YouTube Kemdikbud RI, Kamis (17/2/2022).

Zulfikri juga menyampaikan, bahwa keberhasilan Kurikulum Merdeka bisa dilihat dari keceriaan anak, kolaborasi antaranak, hingga cara anak menyelesaikan setiap permasalahan.

"Terjadi tidak proses belajar yang berkualitas? Untuk capaian kompetensi per individu, Kita tidak bisa mematoknya," katanya.

Menurutnya, melalui Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan surveying pembelajar seperti karakter dan yang lainnya, dapat dilihat keberhasilan proses belajar mengajar dalam Kurikulum Merdeka.

Diberitakan sebelumnya, Mendikbudristek Nadiem Makarim menyebut beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka.

Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya.

Kedua, tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka karena bagi peserta didik, tidak ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Sedangkan bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik.

Ketiga, sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.

Keempat, lebih relevan dan interaktif karena pembelajaran melalui kegiatan projek akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper