Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 24 media online kembali berkolaborasi untuk memberantas misinformasi atau hoaks di ruang publik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Kolaborasi yang terwujud dalam Cekfakta.com tersebut, melibatkan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dimana 24 media online tergabung di dalamya, kemudian ada Google News Initiative, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Masyarakat Antifitnah Indonesia atau Mafindo.
Pemimpin Redaksi Liputan6.com Elin Yunita Kristanti yang tergabung dalam kolaborasi itu, mengatakan, ada beberapa hal dalam memperkuat kolaborasi Cekfakta.com ke depan. Salah satunya adalah penguatan standard operational procedure (SOP) dan penentuan kerja-kerja prioritas menjelang tahun politik 2024.
“Ada beberapa hal masalah yang dialami sejak 2019 lalu dari kolaborasi cek fakta tersebut, salah satunya doxing terhadap para jurnalis, SOP kerja-kerja cek fakta dan program kerja prioritas termasuk Pemilu 2024. Kemudian penguatan kelembagaan cekfakta.com dan kerja sama 24 lembaga yang akan ditandatangani hari ini,” ujar Elin dalam Diskusi Publik “Kolaborasi Menangkal Hoaks Menjelang Pemilu 2024”, yang ditayangkan secara daring, Kamis (17/2/2022).
Saat ini, kata Elin, AJI terpilih menjadi koordinator kolaborasi Cekfakta.com hingga 2 tahun mendatang. Elin mengatakan, pemilu 2024 jangan sampai masyarakat terpolarisasi seperti Pemilu 2019.
“Kita juga tidak mau di balik misinformasi tersebut ada pihak-piahk yang memanfaatkan situasi, memecah belah masyarakat dan mengorbankan masyarakat,” imbuhnya.
Sekadar informasi, kolaborasi lewat Cekfakta.com pertama diluncurkan dalam kaitan peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia pada 3 Mei 2018.
Menurut Ratna Ariyanti, perwakilan AJI, Pemilu 2019 menjadi momentum kerja-kerja kolaborasi yang didukung oleh 24 media online dan media lokal yang berada di 15 wilayah jaringan AMSI. Ratusan jurnalis bahu-membahu memeriksa fakta dan memberikan informasi kepada masyarakat.
“Intensitas misinformasi semakin massif menjelang pemilihan pada hari H. Hoaks terkait politik yang paling banyak di tahun tersebut. Penyebarannya mayoritas tersebar di sosial media seperti facebook, twitter, dan media tertutup seperti di whatsap,” ujar Ratna.
Menurutnya, kolaborasi sejumlah media ini merupakan hal yang luar biasa, karena biasanya media saling berkompetisi menyajikan berita, tapi saat Pemilu 2019 justru berkolaborasi untuk menyajikan berita yang akurat kepada masyarakat.