Bisnis.com, JAKARTA - Pulau Jawa dan Sumatra bergerak menjauh atau muncul peregangan yang berimplikasi pada gempa di Selat Sunda dan kondisi aktivitas di Gunung Anak Krakatau.
Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano menuturkan bahwa gempa tektonik dan vulkanik memberikan dampak dari peregangan Pulau Sumatera dan Jawa. Sejak 2006, telah terlihat adanya peregangan dari dua pulau besar ini.
Dalam kajian riset Irwan, terkait peregangan Sumatera dan Jawa, muncul tiga fakta yang diperolehnya. Pertama, Sesar Sumatra yang menerus ke Selat Sunda seperti penelitian sebelumnya.
Kedua, adanya aktivitas gempa yang berhubungan dengan proses tektonik dan vulkanisme. “Yang ketiga potensi gempa di seismic gap,” ungkapnya seperti dikutip dari Tempo, Sabtu (22/1/2022).
Menurutnya, sebelum 2006-2019, terlihat pola pergerakan Pulau Jawa. “Bergerak dominan ke arah timur dengan kecepatan kira-kira 2 sentimeter per tahun,” ujar Irwan.
Baca Juga
Apa Penyebab Pulau Jawa dan Sumatra Menjauh?
Sebelumnya memang ada dua publikasi riset tentang peregangan Sumatra–Jawa itu. Apa yang dikerjakan Irwan Meilano dan timnya adalah membuktikan dengan pengamatan lewat alat global positioning system (GPS) yang dipasang sejak 2012 di daratan Banten dan Lampung sekitar Selat Sunda.
Dia mengatakan riset itu juga dibantu jaringan pengamatan menerus dari 55 titik stasiun GPS kelolaan Badan Informasi Geospasial di Pulau Jawa. Data pengamatan itu membuktikan pola regangan Sumatra dan Jawa yang bergerak saling menjauh.
Penyebab regangan Pulau Jawa dan Sumatra adalah pergerakan lempeng Indo-Australia yang menyelusup ke lempeng Eurasia. Peregangan itu setelah 2012 lebih signifikan daripada sebelumnya.
Irwan mengatakan bahwa regangan tektonik yang tinggi, berdampak ke aktivitas gunung api di Selat Sunda. “Mempercepat intrusi magmatik yang meningkatkan potensi letusan gunung,” katanya.