Bisnis.com, JAKARTA-Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Profesor Amin Soebandrio, mengatakan proses pengembangan vaskin Merah Putih sedikit terhambat usai Eijkman dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Vaksin Merah Putih tetap jalan, walau agak terhambat,” ucap Amin kepada Bisnis, Rabu (5/1/2021).
Selain pengembangan vaksin Merah Putih, menurut Amin berdampak juga terhadap penndeteksian Covid-19 dan melakukan pengurutan genome (whole genome sequencing), di tengah potensi naiknya kasus akibat varian baru omicron.
Saat ini lembaga yang telah beroperasi selama 33 tahun itu tidak lagi bisa berkontribusi karena sebagian alat deteksi telah dialihkan ke laboratorium milik BRIN di Cibinong, Jawa Barat.
"Kalau kemudian kebutuhannya meningkat seperti bulan-bulan sebelumnya [upaya deteksi] akan terganggu karena Eijkman adalah salah satu kontributor terbesar, sebelumnya malah paling besar," kata Amin.
Diketahui, perubahan pada sistem kelembagaan Eijkman juga dikhawatirkan menghambat pengembangan vaksin Merah Putih, yang target awalnya akan mulai diproduksi pada pertengahan 2022 ini.
Baca Juga
Selain itu, peleburan Eijkman ke BRIN juga telah menyebabkan 113 tenaga honorer, termasuk 71 peneliti di antaranya, diberhentikan.
Namun, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko membantah perubahan sistem itu berdampak pada kinerja Eijkman dalam riset-riset terkait Covid-19, termasuk pengembangan vaksin Merah Putih.
Perubahan ini, kata Handoko, justru akan 'memperkuat' Eijkman sebagai sebuah lembaga penelitian dengan anggaran riset yang lebih besar, peneliti yang memenuhi 'standar kualifikasi', dan infrastruktur yang lebih lengkap.
“Justru Tim semakin kuat karena ada tambahan periset sekepakaran dari eks LIPI, dan nanti Balitbangkes juga,” kata Handoko saat dihubungi Bisnis, Selasa (3/12/2021).