Bisnis.com, JAKARTA-Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengkhawatirkan peleburan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan membuat mandek proses pembuatan vaksin Merah Putih.
Pasalnya, kata dia, sedari awal Eijkman telah menjadi koordinator dalam proses pembuatan vaksin yang rencananya bakal diproduksi Februari mendatang tersebut.
“Amanat strategis menyebut bahwa Eijkman dalam pembuatan vaksin Merah Putih sebagai leader. Ketika terjadi peleburan kelembagaan, SDM-nya mengikuti bingkai birokrasi. Kalo ini repot,” ujar Mulyanto dalam diskusi virtual, Rabu (5/1/2022).
Menurut Mulyanto, pihaknya meminta jalan tengah agar Eijkman tidak langsung dilebur sebelum vaksin Merah Putih diproduksi. “Makanya, jalan tengahnya adalah paling tidak sampai vaksin Merah Putih selesai barulah ditata. Sekarang biarlah sampai seeds yang dikirim dari Eijkman ke Biofarma form,” tutur Politikus Partai keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Dijelaskan olehnya, selama ini Eijkman sudah membangun ekosistem dalam pembuatan vaksin Merah Putih yang bekerja sama dengan beberapa Lembaga seperti Bio Farma. Eijkman pun sudah beberapa kali mengirim bibit vaksin ke perusahaan pelat merah itu.
“Kemarin saya menanyakan ke Biofarma bagaimana soal seeds (bibit) yang dikirim Eijkman. Awalnya ini basisnya protein rekombinan mamalia. Namun tidak siap Bio Farma. Mereka siapnya rekombinan dari ragi. Maka berubah. Sehingga target awal vaksin Merah Putih turun dari awal ke pertengahan Februari,” tuturnya.
Baca Juga
Setelah itu, lanjut Mulyanto, Eijkman kembali mengirim bibit vaksin yang sudah ditelitinya. Selanjutnya, Bio Farma akan melanjutkannya ke tahap purifikasi, formulasi dan terakhir ke tahap produksi.
“Nah, terjadi interaksi antara Bio Farma dengan Eijkman. Jika ekosistem berubah, saya khawatir, mandek ini,” ucap Mulyanto.
Dia mengatakan, sejak dulu Eijkman merupakan lembaga unggulan dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
“Sejak dari dulu. Itu luar biasa, produktivitas dalam paper ilmiah, hasil-hasil riset termasuk Vaksin Merah Putih. Ini persoalan pelik,” kata dia.
Menurut dia, peleburan Eijkman ke BRIN bukan hanya masalah soal tugas dan tempat yang digabung. Namun lebih pada persoalan ekosistem Eijkman yang sudah lama dibangun.
“Jadi bukan soal tempat, tupoksi, orang digabung jadi satu. Tapi ada ruh, kelembagaan itu ada ekosistem jadi semacam budaya,” pungkas Mulyanto.
Diketahui, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME) yang telah beroperasi selama 33 tahun telah resmi terintegrasi ke dalam BRIN. Lembaga itu juga diketahui telah berganti nama menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman.