Bisnis.com, Jakarta - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman secara resmi telah pamit ke masyarakat. Sebab, nama lembaga ini tidak akan ada lagi dan akan dilebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN.
Sebelumnya, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko menuturkan bahwa terintegrasinya Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke dalam (BRIN) bertujuan untuk memperkuat kompetensi periset biologi molekuler di Indonesia.
Dia juga menyampaikan, sejak September 2021, nama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman berubah menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman.
Simak Sejarah Lembaga Eijkman
Adapun lembaga penelitian ini dibentuk untuk melakukan penelitian dasar dalam biologi molekuler medis serta bioteknologi dan diklaim menjadi tempat lahir Ilmu Vitamin dan Kedokteran Tropis.
Lembaga Biologi Molekular Eijkman secara resmi berdiri sejak Juli 1992 dan mulai beroperasi pada April 1993. Dan dilantik secara resmi yang dilakukan oleh Presiden Soeharto pada 19 September 1995.
Menurut sejarah, yang dilansir dari situs resmi Eijkman.co.id, Senin,( 03/01/22). Pada 1888, lembaga Eijkman ini adalah sebuah yayasan yang di gunakan sebagai Laboratorium Penelitian untuk Patologi dan Bakteriologi. Nama Eijkmen yang tersemat pada lembaga tersebut diambil dari nama seorang ilmuwan asal Belanda sekaligus pemenang hadiah Nobel pada 1929 atas karya temuan hebatnya, yakni Christiaan Eijkman.
Christian Eijkman adalah seorang direktur pertama dari Lembaga Eijkman yang berhasil mendapatkan temuan hebat dari penelitiannya yaitu hubungan antara kekurangan vitamin B1 dan penyakit beri-beri yang menjadi dasar konsep vitamin modern.
melalui hasil karyanya, Laboratorium penelitian itu lalu ditunjuk sebagai Laboratorium Medis Pusat, di Indonesia. Dalam peringatan 50 tahun pendirian menjadi Eijkman Institute atau lembaga Eijkman.
Sebagai informasi, Lembaga Eijkman fokus melakukan penelitian pada biomedis, keanekaragaman hayati, bioteknologi dan biosekuriti, serta menerjemahkan temuan-temuan penelitian untuk kepentingan masyarakat Indonesia.
Selain itu, misi utama Lembaga Eijkman untuk memajukan penelitian dasar dan terapan terkait dengan biologi molekuler di Indonesia sehingga, lembaga ini berada di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Indonesia.
Diketahui, lembaga Eijkman pernah ditutup pada 1960-an di tengah kesulitan ekonomi akibat perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Hingga pada puncaknya, Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia berinisiatif membangun kembali Lembaga Eijkman menjadi lembaga penelitian bertaraf internasional dalam biologi sel molekuler.
Dengan demikian, Presiden Indonesia juga mengesahkan Lembaga Eijkman pada peringatan 100 tahun penemuan Christian Eijkman tentang temuan hebatnya yakni kekurangan vitamin B1 sebagai penyebab beri-beri pada Desember 1990.