Bisnis.com, JAKARTA - Produk domestik bruto Afrika diperkirakan dapat menyusut sebanyak 30 persen pada tahun 2050 jika tindakan tegas tidak segera diambil untuk menangani perubahan iklim.
“Investasi sebesar US$800 juta di negara berkembang, dalam program adaptasi iklim, akan melihat dan menghasilkan manfaat hingga US$16 miliar per tahun,” kata Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Global Center on Adaptation, Selasa (26/10/2021).
Sementara negara-negara Afrika berkontribusi relatif sedikit terhadap perubahan iklim dalam hal emisi karbon, tetapi mereka termasuk yang paling terpukul sebagian karena mereka sangat bergantung pada pertanian tadah hujan.
Naiknya suhu dan permukaan laut serta anomali curah hujan telah meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam.
Sebagian besar bencana di Afrika terkait dengan banjir - meskipun kekeringan memiliki dampak terbesar - mempengaruhi lima kali lipat jumlah orang, kata Patrick Verkooijen, Kepala Eksekutif Global Center on Adaptation.
Kenya, yang sedang berjuang melawan kekeringan parah, telah berkomitmen untuk menginvestasikan sekitar US$8 miliar selama dekade berikutnya untuk proyek adaptasi perubahan iklim, menurut Kenyatta.
Baca Juga
Investasinya adalah 10 persen dari apa yang perlu dibelanjakan sebagai bagian dari komitmen di bawah Perjanjian Paris, juga dikenal sebagai Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional. Selain itu, dia menuturkan Kenya sedang mencari mitra untuk membantu mendanai sisanya.