Bisnis.com, JAKARTA - Colin L. Powell meninggal dunia pada usia 84 tahun, akibat komplikasi Covid-19 saat dirawat di Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, di Bethesda.
Colin L. Powell pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS dan Ketua Kepala Staf Gabungan. Juru bicara Powell menjelaskan bahwa Powell juga mengidap myeloma multiple atau kanker sel plasma.
Powell menunda mendapatkan booster vaksin karena kanker yang diidapnya. Tak hanya itu, Powell juga telah dirawat karena stadium awal penyakit Parkinson.
Powell merupakan seorang pelopor pejabat keamanan nasional yang memiliki kulit hitam pertama di Amerika Serikat. Dia juga sebagai seorang ketua Kepala Staf Gabungan dan sekretaris negara.
Powell memulai karir dari militer angkatan darat, 35 tahunnya. Dia sudah menjadi simbol dari kemampuan minoritas untuk menggunakan militer sebagai tangga kesempatan.
Powell lahir di Harlem dari keturunan orang tuanya yang Jamaika, dan dibesarkan di Bronx Selatan serta lulus dari City College of New York. Dia bergabung dengan angkatan darat melalui R.O.T.C., yang dimulai sebagai letnan dua muda dengan tugas awal pada Angkatan Darat yang baru didesegregasi, Powell melayani dua tur tempur yang didekorasi di Vietnam.
Tak lama kemudian, dia ditunjuk menjadi penasihat keamanan nasional untuk Presiden Ronald Reagan pada akhir Perang Dingin, membantu merundingkan perjanjian senjata dan era kerja sama dengan presiden Soviet, Mikhail S. Gorbachev.
Sebagai ketua Kepala Gabungan, Powell adalah arsitek invasi Panama pada tahun 1989 dan perang Teluk Persia pada tahun 1991, yang menggulingkan Saddam Hussein dari Kuwait tetapi membuatnya tetap berkuasa di Irak. Bersama Dick Cheney yang merupakan menteri pertahanan pada saat itu, Powell membentuk kembali militer Perang Dingin Amerika yang telah siap siaga di Tirai Besi selama setengah abad.
Dengan melakukan itu, dia mencap Doktrin Powell tentang operasi militer yaitu mengidentifikasi tujuan politik yang jelas. Dia juga memperoleh dukungan publik dan menggunakan kekuatan yang menentukan dan luar biasa untuk mengalahkan pasukan musuh.
Pada saat ia pensiun dari militer pada tahun 1993, Powell telah dikenal sebagai sosok tokoh masyarakat paling populer di AS karena keterusterangannya, kualitas kepemimpinannya, dan kemampuannya untuk berbicara dengan nada blak-blakan yang dihargai oleh masyarakat sana.
Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times pada tahun 2007, Powell menganalisis dirinya menggunakan sudut pandang orang ketiga.
“Powell adalah seorang pemecah masalah. Dia diajari sebagai seorang prajurit untuk memecahkan masalah. Jadi dia punya pandangan, tapi dia bukan ideolog. Dia memiliki gairah, tapi dia tidak fanatik. Dia yang pertama dan terutama adalah pemecah masalah,” jelasnya mengutip pada nytimes.com (19/10/2021)
Setelah pensiun, Powell, seorang independen dan sempat didekati sebagai calon presiden oleh Partai Republik dan Demokrat, menjadi jenderal yang piawai di bidang politik pada masa Dwight D. Eisenhower.
Selang 8 tahun pensiun, Powell kembali melayani publik pada tahun 2001, dengan mengemban jabatan sekretaris negara untuk Presiden George W. Bush, dimana ayahnya menjabat sebagai ketua Kepala Gabungan satu dekade sebelumnya.
Namun dalam pemerintahan Bush, Powell mengubah cara ia bekerja, seperti bertarung secara internal dengan Wakil Presiden Dick Cheney dan Menteri Pertahanan Donald H. Rumsfeld untuk didengarkan oleh Presiden Bush mendominasi kebijakan luar negeri.
Kemudian Powell sempat menghilang selama beberapa tahun ke depan, tetapi selang dua minggu tersisa dalam kampanye presiden 2008, Powell, yang sekarang dinyatakan sebagai Republikan, memberikan dukungan kuat kepada Senator Barack Obama, seorang Demokrat dan menyebutnya sosok transformasional. Dukungan Powell dikritik oleh Partai Republik yang konservatif meskipun meredakan keraguan di antara beberapa orang independen, moderat dan bahkan beberapa moderat di partainya sendiri, dan juga hampir menetralisir seluruh kekhawatiran tentang kurangnya pengalaman Obama untuk menjadi panglima tertinggi.
Powell terkenal karena pidato kontroversialnya yang disampaikan pada 5 Febuari 2003 silam di Dewan Keamanan PBB, dimana menyebutkan bahwa Presiden Irak, Saddam Husein merupakan seseorang yang berbahaya karena negara Irak yang memiliki persenjataan kimia dan biologi. Beberapa hari kemudian, ucapan tersebut diakui oleh Powell tidak memiliki akurasi.