Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Luar Negeri Inggris membuka dokumen terkait propaganda yang diatur oleh pemerintah negara itu dengan mengerahkan pejabatnya untuk memainkan peran penting dalam pembantaian anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) yang disebut paling brutal pada abad ke-20 itu, ungkap bukti baru yang mengejutkan.
Para pejabat Inggris diam-diam menyebarkan propaganda hitam pada tahun 1960-an untuk mendesak orang-orang Indonesia terkemuka untuk "mengamputasi kanker komunis".
Diperkirakan sedikitnya 500.000 orang yang terkait dengan gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) dibantai antara tahun 1965 dan 1966.
Dokumen Kantor Luar Negeri Inggris yang baru-baru ini dinyatakan terbuka itu menunjukkan bahwa pelaku propaganda Inggris diam-diam menghasut gerakan anti-komunis, termasuk para jenderal Angkatan Darat untuk melenyapkan PKI sebagaimana dikutip TheGuardian.com, Senin (18/10/2021).
Kampanye pembunuhan massal yang tampaknya spontan, yang sekarang diketahui telah diatur oleh sebagian tentara Indonesia, kemudian digambarkan oleh agen rahasia AS, CIA sebagai salah satu pembunuhan massal terburuk abad ini.
Saat pembantaian dimulai pada bulan Oktober 1965 pejabat Inggris menyerukan "PKI dan semua organisasi komunis" untuk "dihilangkan". Indonesia disebut akan berada dalam bahaya "selama para pemimpin komunis masih buron dan dan anggota mereka dibiarkan bebas dari hukuman".
Baca Juga
Inggris melancarkan serangan propagandanya terhadap Indonesia sebagai tanggapan atas permusuhan Presiden Sukarno terhadap pembentukan bekas koloninya menjadi Federasi Malaya yang sejak tahun 1963. Pembentukan federasi itu menyebabkan konflik tingkat rendah dan serangan bersenjata oleh tentara Indonesia melintasi perbatasan.
Pada tahun 1965 pelaku ropaganda spesialis dari Departemen Penelitian Informasi (IRD) Kantor Luar Negeri Inggris dikirim ke Singapura untuk memproduksi propaganda hitam untuk melemahkan rezim Sukarno. PKI adalah pendukung kuat baik presiden maupun gerakan konfrontasi saat itu.
Sebuah tim kecil turut membuat buletin yang dimaksudkan untuk diproduksi oleh para emigran Indonesia dan ditujukan pada individu-individu terkemuka dan berpengaruh, termasuk para jenderal-jenderal Angkatan Darat. Inggris juga menggunakan stasiun radio hitam yang disiarkan ke Indonesia yang dijalankan oleh orang Malaysia.
Pada pertengahan 1965 operasi itu berjalan lancar, tetapi upaya kudeta oleh perwira militer sayap kiri dan, secara diam-diam, oleh agen-agen PKI, di mana tujuh jenderal dibunuh, memberikan dampak nyata pada berbagai peristiwa.
Kudeta itu dengan cepat dihancurkan oleh calon presiden Indonesia Jenderal Suharto, yang kemudian memulai perebutan kekuasaan secara bertahap dari Sukarno dan penghapusan PKI, yang saat itu merupakan partai komunis terbesar di dunia non-komunis.
Para pelaku propaganda menyerukan agar "PKI dan semua yang diperjuangkannya" untuk "dihilangkan untuk selamanya". Penundaan dan tindakan setengah hati hanya dapat menyebabkan Indonesia yang paling sempurna".
Selama beberapa minggu berikutnya pembantaian terhadap orang-orang yang diduga sebagai anggota PKI atau terlibat dalam percobaan kudeta, dan kaum kiri lainnya menyebar ke seluruh Nusantara.