Bisnis.com, JAKARTA—Selagi Taliban belum bertransformasi dari pemberontak bersenjata menjadi pemerintahan yang merepresentasikan rakyat Afghanistan, sebaiknya Indonesia menahan diri dulu untuk membangun hubungn diplomatik.
Demikian terungkap dalam diskusi bertajuk “Tantangan Taliban: Mampukah membentuk pemerintahan yang efektif? yang digelar Media Center Partai Gelora secara virtual, Rabu (1/9/2021).
Acara yang dibuka oleh Ketua DPN Partai Gelora, Anis Matta itu menampilkan nara sumber Laksda TNI (Purn) Soleman B. Ponto, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI, Wawan Purwanto dari Badan Intelijen Negara (BIN) serta pengamat terorisme Harits Abu Ulya.
Menurut Anis Matta, hingga kini Taliban masih menghadapi berbagai tantangan untuk bisa menghindari diri dari negara gagal setelah Taliban berkuasa sejak 15 Agustus lalu. Selain perlunya pembangunan negara dan pembentukan pemerintahan yang legal, Taliban masih membutuhkan konsolidasi elit poliitik.
Sedangkan tantangan terpenting adalah pembangunan ekonomi karena hingga kini negara tersebut masih tergolong sangat miskin, katanya. Kendati demikian, kata Anis, Afghanistan juga punya potensi kekayaan hingga tiga triliun dollar AS sehingga Indonesia tetap perlu menjalin hubungan dengan negara tersebut.
Sedangkan Wawan Purwanto mengatakan salah satu aspek yang bisa mendorong Indonesia segera membuka hubungan ekonomi dengan Afghanistan adalah kalau Taliban bisa menjaga komitmen mereka untuk menjamin keamanan dalam negeri.
Baca Juga
Dengan demikian, katanya, tingkat risiko investasi di negara itu bisa membaik sehingga Indonesia bisa segera melakukan hubungan perdagangan.
Menurutnya, salah satu hal yang harus dilakukan adalah melakukan perlucutan senjata dari berbagai kelompok yang masih bertikai di dalam negeri. Alasannya, Taliban membutuhkan pengakuan internasional.
“Kalau trust internasional tidak ada maka Taliban tinggal menunggu kejatuhan. Bagaimana membangun stabilitas ekonomi kalau keamanannya tidak terjamin,” katanya.
Sementara itu, Soleman B. Ponto mengatakan masa depan Afghanistan akan banyak ditentukan oleh konstelasi negara luar yang mempengaruhinya.
Hanya saja dari konteks geopolitik, terjadi persaingan antar negara yang akan menjalin hubungan dengan Afghanistan.
Dia mencontohkan kalua China menjalin hubungan dengan Afghanistan maka Amerika Serikat tidak nyaman. Demikian juga dengan India dan Paksitan yang berbeda kepentingan.