Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat memperingatkan warganya untuk segera meninggalkan Kabul seiring dengan ancaman keamanan seperti yang dikatakan Presiden Joe Biden bahwa keadaan akan semakin gawat dalam beberapa hari ke depan.
Dilansir New York Times pada Minggu (29/8/2021), Kedutaan Besar AS di Kabul memperingatkan warga negaranya setelah adanya ancaman spesifik dan kredibel. Hal yang sama juga telah diumumkan oleh pejabat Kementerian Luar Negeri AS dalam beberapa hari terakhir.
Presiden Biden menyatakan bahwa serangan balasan AS setelah serangan bunuh diri pada Kamis tidak akan menjadi yang terakhir.
Serangan bunuh diri yang diklaim dilakukan oleh ISIS-K telah membunuh puluhan orang di luar bandara Kabul pekan ini.
"[Serangan lainnya] akan sangat mungkin terjadi dalam 24-36 jam ke depan. Saya mengarahkan mereka untuk mengambil setiap tindakan yang mungkin untuk memprioritaskan perlindungan kekuatan, dan memastikan bahwa mereka memiliki semua otoritas, sumber daya, dan rencana untuk melindungi pria dan wanita [AS] di lapangan," kata Biden dalam konferensi pers pada Sabtu (28/8/2021).
Dia bersumpah akan mencari orang-orang di balik serangan tersebut dan memastikan mereka akan dihukum. "Setiap orang yang mencoba membahayakan Amerika Serikat atau menyerang pasukan kami, kami akan merespons. Kami tidak akan ragu," tegasnya.
Sejumlah negara telah menarik pasukannya dari Afghanistan, seperti Prancis dan Inggris yang telah selesai melakukan evakuasi pada Jumat dan Sabtu.
“Kami belum bisa membawa kembali semua orang dan itu sangat disesali. Ada beberapa penilaian yang sangat menantang yang harus dibuat di lapangan," kata Kepala Staf Pertahanan kepada BBC.
Hingga saat ini, masuh ada 350 warga negara Amerika yang masih menunggu evakuasi dari Afghanistan. Sementara itu ada 280 warga AS lainnya yang memang tetap ingin tinggal dan beberapa lainnya tidak melaporkan.