Bisnis.com, JAKARTA - Sedikitnya lima warga sipil tewas dalam ledakan bom di pintu masuk masjid Kabul pada Minggu (3/10). Serangan itu menjadi yang paling mematikan di Ibu Kota Afghanistan sejak pasukan AS pergi pada akhir Agustus lalu.
Qari Saeed Khosti, juru bicara kementerian dalam negeri Taliban mengatakan tidak ada klaim tanggung jawab langsung atas insiden itu, tetapi kecurigaan jatuh pada ekstremis ISIS yang telah meningkatkan serangan terhadap Taliban dalam beberapa pekan terakhir, terutama di kubu ISIS di Afghanistan timur.
Sebuah bom pinggir jalan meledak di gerbang masjid Eidgah yang luas di Kabul ketika sebuah upacara peringatan diadakan untuk ibu dari juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid. Akibat serangan tersebut, sedikitnya dilaporkan lima orang tewas.
Tiga tersangka ditangkap, kata Bilal Karimi, juru bicara Taliban lainnya seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (4/10). Sedangkan pejuang Taliban tidak terluka dalam serangan itu.
Sebuah rumah sakit darurat yang didanai Italia di Kabul melaporkan bahwa mereka telah menerima empat orang terluka dalam ledakan itu.
Daerah di sekitar masjid segera ditutup oleh Taliban sekaligus memperketat penjagaan keamanan. Kemudian pada sore hari dilakukan pembersihan di lokasi ledakan tersebut. Setelah itu, satu-satunya tanda ledakan adalah kerusakan ringan pada lengkungan ornamen di gerbang masuk.
Ledakan itu menjadi bukti adanya ancaman serius yang dihadapi Taliban hanya beberapa minggu setelah mereka menguasai Afganistan dalam serangan kilat yang berpuncak pada pengambilalihan Kabul pada 15 Agustus.
Selama 20 tahun pemberontakan mereka, Taliban sering melakukan serangan bom dan penembakan, tetapi mereka sekarang dihadapkan pada upaya untuk menahan militan saingan yang menggunakan metode yang sama. Tantangan keamanan yang berkembang datang pada saat krisis ekonomi dan ketika Taliban berjuang untuk menjalankan negara itu tanpa bantuan asing besar-besaran terutama oleh AS.
Militan ISIS telah meningkatkan serangan terhadap Taliban sejak pengambilalihan pertengahan Agustus yang menandakan konflik yang meluas di antara mereka. ISIS mempertahankan kehadiran yang kuat di provinsi timur Nangarhar dan mengklaim bertanggung jawab atas beberapa pembunuhan di ibu kota provinsi Jalalabad.
Pada akhir Agustus, seorang pembom bunuh diri ISIS melakukan serangan ketika evakuasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat di bandara internasional Kabul sedang berlangsung. Akibat ledakan itu sebanyak 169 warga Afghanistan dan 13 anggota militer AS tewas.