Bisnis.com, JAKARTA - Jenderal Kenneth McKenzie, komandan Komando Pusat Amerika Serikat, mengatakan pihaknya dalam posisi waspada terhadap lebih banyak kemungkinan serangan lanjutan.
Hal itu ditegaskannya setelah terjadi serangan bom bunuh diri yang terjadi di Kabul, Afghanistan, Kamis (26/8/2021) malam. Serangan itu dilaporkan telah menewaskan puluhan orang, termasuk warga sipil Afghanistan dan setidaknya 13 anggota militer AS.
Ini menjadi insiden yang menewaskan tentara AS paling banyak di Afghanistan sejak 30 personel tewas ketika sebuah helikopter ditembak jatuh pada Agustus 2011.
"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk bersiap," kata Jenderal Frank McKenzie, seperti dilansir AL Jazeera, Jumat (27/8/2021).
Namun, dia mengonfirmasikan sebelumnya pada hari Kamis bahwa pengangkutan udara tidak akan berhenti setelah serangan itu.
“Misi kami adalah untuk mengevakuasi warga AS, warga negara ketiga, pemegang Visa Imigran Khusus, staf kedutaan AS, dan warga Afghanistan yang berisiko. Meskipun serangan ini, kami melanjutkan misi," kata McKenzie.
Baca Juga
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden berjanji untuk membalas serangan di Kabul. Dia membenarkan bahwa pemboman itu dilakukan oleh Negara Islam di Provinsi Khorasan, ISKP (ISIS-K), sebuah cabang ISIL di Afghanistan.
“Kami akan memburumu dan membuatmu membayar. Saya akan membela kepentingan kami pada rakyat kami dengan segala tindakan atas perintah saya,” kata Biden.
Biden menambahkan bahwa AS akan melanjutkan evakuasi warga Amerika dan sekutu AS meskipun ada serangan tersebut. “Kami tidak akan terhalang oleh teroris; kami tidak akan membiarkan mereka menghentikan misi kami. Evakuasi akan terus kami lakukan,” ujarnya.
Adapun, Biden dilaporkan telah menunda sejumlah agendannya pada hari ini, termasuk pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, untuk fokus pada situasi di Afghanistan.