Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menegaskan, kenaikan angka kemiskinan dua digit selama pandemi Covid-19 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) bisa menjadi ancaman serius bagi stabilitas ekonomi negara.
"Dua tahun terakhir ini, hampir tiga juta orang yang balik menjadi miskin. Mereka berasal dari kelas menengah yang relatif cukup bagus dalam 20 tahun terakhir, tapi pandemi ini menjelaskan kepada kita bahwa kelas menengah kita rapuh," kata Anis Matta seperti dikutip dalam rekaman video pengantar diskusi Gelora Talks dengan tema 'Anomali Pandemi di Indonesia, Kamis (26/8/2021).
Diskusi daring ini dihadiri narasumber antara lain ekonom senior Hendri Saparini, Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara, dan Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi.
Menurut Anis Matta, bertambahnya orang miskin dari kelas menengah bisa menjadi ancaman stabilitas apabila tidak ada bantuan serius untuk dicarikan jalan keluarnya agar mereka tidak terjun ke jurang kemiskinan.
"Sekarang kita menghadapi kesenjangan, yang mengingatkan kita pada frasa ‘yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin karena ada pertumbuhan yang tidak disertai pemerataan,” katanya.
Dia menambahkan, bahwa sekarang Indonesia bukan sekadar tidak ada pemerataan, tapi juga pertumbuhan yang terancam.
Baca Juga
Anis Matta menilai, selama pandemi di Indonesia terjadi anomali, yang kaya justru semakin meningkat kekayaannya. Namun, terkait hal ini tak perlu dicegah, pemerintah tidak perlu mencegah seseorang menjadi kaya.
Rapuhnya kelas menengah menjadi miskin, kata Anis Matta, akan semakin memperlebar ketimpangan ekonomi dan sosial, sehingga diperlukan satu struktur ekonomi baru yang tidak akan berdampak buruk bagi stabilitas negara dan bangsa.
Konsep Geloranomics yang sedang dikembangkan Partai Gelora, menurut Anis Matta, bisa menjadi mazhab ekonomi baru yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, di samping isu lingkungan yang sangat fundamental.
Partai Gelora tengah mengembangkan konsep Geloranomics, salah satu orientasi dasarnya adalah isu lingkungan, juga pemberdayaan masyarakat untuk menutup kesenjangan ekonomi, katanya.
Ekonom Hendri Saparani mengatakan, setiap kali ada krisis pemerintah selalu memberikan stimulus fiskal dengan memberikan dokumen pembiayaan belanja yang besar untuk menjaga stabilitas ekonomi.
"Namun, upaya tersebut seringkali tidak tepat sasaran seperti jumlah dana pihak ketiga yang diatas Rp2 miliar terus naik tahun 2021, meningkatnya luar biasa 30 persen. Mestinya kita lebih baik membuat kebijakan mendorong terjadi pertumbuhan mendorong ekonomi masyarakat," kata Hendri Saparani.