Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 3 Aksi Penghapusan Mural Kritik Pemerintah yang Jadi Sorotan Warganet

Sosiolog Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun pun menilai tindakan aparat menghapus mural yang berisi kritik sosial di sejumlah daerah ini sebagai bentuk baru represi.
Mural 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' di Pasuruan sebelum dihapus/Twitter
Mural 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' di Pasuruan sebelum dihapus/Twitter

Bentuk Baru Represi

'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit'

Sebuah mural di Kabupaten Pasuruan bertuliskan 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' dilaporkan telah dihapuskan oleh aparat setempat. Mural itu tampak berada di dinding sebuah rumah kosong.

Warganet melaporkan bahwa mural itu telah dihapus. Tulisan dan gambar tersebut dicat ulang oleh petugas Satpol PP Kabupaten Pasuruan.

Salah satu foto yang menampilkan kondisi mural baik sebelum maupun sesudah dihapus dibagikan di Twitter oleh akun @fullmoonfolks. Dia mengaku bahwa mural itu sebenarnya gambar yang bagus.

Dilansir Tempo, Kepala Satpol PP Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana mengatakan, mural itu dianggap melanggar peraturan daerah dan dinilai provokatif.

'Tuhan Aku Lapar'

Mural yang memuat tulisan 'Tuhan Aku Lapar' ditulis di sebuah dinding dengan ukuran font besar dan berwarna putih di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang pada akhir Juli 2021. Namun, gambar tersebut kemudian dihapus oleh kepolisian setempat.

Mural
Mural

Mural 'Tuhan Aku Lapar' di Tangerang, sebelum dihapus - Twitter

Sosiolog Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menilai tindakan aparat menghapus mural yang berisi kritik sosial di sejumlah daerah ini sebagai bentuk baru represi.

“Pembungkaman yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi,” kata Ubedilah kepada Tempo, Sabtu (14/8/2021).

Ubed menjelaskan, mural adalah ekspresi jiwa, perasaan, aspirasi atau kritik simbolik melalui melukis di atas dinding, tembok atau permukaan luas dan biasanya bersifat permanen. Dengan demikian, jelasnya, mural merupakan karya seni.

Sebagai karya seni, kata Ubed, mural hanya bisa dinilai dan diperdebatkan. Apalagi jika mural mengandung kritik sosial maka tidak bisa dihakimi apalagi dihapus tanpa diskusi.

Menurut Ubed, kemunculan mural yang mengandung kritik sosial menunjukkan tanda-tanda bermakna bahwa kritik melalui saluran lain telah banyak dibungkam dan tidak lagi didengar oleh kekuasaan. “Jadi kritik sosial mural itu ekspresi dari aspirasi rakyat yang tersumbat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper