Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok negara industri maju mengadakan pembicaraan di Wina hari ini waktu setempat.
Mereka berunding untuk mengidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan Iran, setelah calon presiden garis keras memenangkan pemilihan di Republik Islam tersebut.
Meski kemenangan Ebrahim Raisi diperkirakan tidak akan menggagalkan upaya menuju kesepakatan, perubahan dalam pemerintahan Iran telah memperumit diplomasi.
Setelah berminggu-minggu negosiasi yang melelahkan, utusan dalam pertemuan Wina berusaha mencapai kesepakatan dengan Iran. Mereka berupaya kesepakatan dicapai sebelum Presiden Rouhani menyerahkan kekuasaan kepada Raisi, Agustus mendatang.
Pertemuan di Wina bertujuan membawa AS kembali ke Pakta 2015 setelah mantan Presiden Donald Trump menarik diri tiga tahun kemudian, demkian dikutip Bloomberg.com, Minggu (20/6/2021).
Kesepakatan yang dihidupkan kembali akan mencabut sanksi terhadap ekonomi Iran yang sedang berjuang untuk kembali ke pasar minyak global. Imbalannya, Iran membatasi kinerja nuklirnya yang kontroversial.
Perseteruan atas kesepakatan itu dinilai akan mendorong kawasan menuju perang dan Teheran terus memperkaya uranium hingga mendekati tingkat yang dibutuhkan untuk sebuah bom.
Kepala peradilan ultrakonservatif Raisi, yang memusuhi Barat, mengatakan dia akan mempertahankan kesepakatan nuklir yang telah disepakatai Rouhani. Raisi menyatakan tidak ingin menjadikannya sebagai fokus kebijakan luar negeri Iran.
Dalam sebuah komentar kemarin, Raisi mengatakan akan bekerja untuk kesinambungan program itu dengan tim Rouhani. Hal itu dikatakan Raisi setelah hasil menunjukkan dia menuju kemenangan dalam pemilihan presiden.
Kebijakan Iran terhadap kesepakatan tersebut pada akhirnya diputuskan oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Raisi yang berusia 60 tahun mendapat dukungan luas dari kubu revolusioner konservatif dan garis keras serta basis pemilih lainnya sehingga mampu memenangkan pemilu pesiden.
Dia mengumpulkan 65,9 persen suara dari empat kandidat sehingga siap untuk menggantikan Presiden Hassan Rouhani. Rouhani tidak mencalonkan diri lagi karena sudah habis masa jabatan.