Bisnis.com, JAKARTA - Dengan lebih dari 95 persen suara resmi yang telah dihitung, kandidat presiden dari sayap kiri Pedro Castillo unggul tipis 0,2 persn atau sekitar 80.000 suara atas lawannya dari sayap kanan, Keiko Fujimori pada Pemilihan Presiden Peru.
Surat suara terus dihitung di daerah pedesaan terpencil yang diperkirakan mendukung Castillo, 51, seorang guru dan aktivis serikat pekerja. Sedangkan, pemilih luar negeri diperkirakan mendukung Keiko Fujmori, 46, putri mantan presiden tahun 1990-an Alberto Fujimori yang dipenjara.
Dukungan suara di negara yang dilanda wabah Covid-19 itu terbagi antara willayah Andes, kawasan pantai utara yang miskin, dan Ibu Kota Lima yang lebih kaya di tengah perlambatan ekonomi ekonomi yang telah mendorong hampir 10 persen penduduk Peru ke jurang kemiskinan.
Jutaan warga menganggur dan banyak orang meninggalkan kota-kota besar kembali ke desa-desa mereka.
Hasil perhitungan suara menunjukkan polarisasi di masyarakat yang ekstrem.
Castillo memperoleh lebih dari 80 persen suara di wilayah Andes selatan yang miskin, tetapi kaya mineral seperti Ayacucho, Puno dan Cusco.
Baca Juga
Adapun, Fujimori memimpin di Lima. Dia menang di setiap distrik termasuk distrik pelabuhan Callao.
“Mengingat betapa ketatnya persaingan, kami yakin siapa pun yang dinyatakan kalah akan melakukan gugatan hasil pemilu,” kata Nicolas Saldias, analis Amerika Latin dan Karibia di Economist Intelligence Unit seperti dikutip TheGuardian.com, Selasa (8/6/2021).
Dikatakan, kemungkinan akan terjadi periode ketidakstabilan politik yang berkepanjangan karena tuduhan penipuan kemungkinan akan terjadi dan memicu keresahan sosial.
Menjelang pemungutan suara terjadi keresahan seputar proposal Castillo untuk nasionalisasi sumber daya dan intervensi negara yang lebih besar terhadap ekonomi di negara yang ramah pasar itu.
Roxana Araníbal Fernandez, 56, seorang pekerja perusahaan asuransi, yang memilih Fujimori di lingkungan kelas menengah Miraflores di Lima, mengatakan: “Kami ingin negara ini terus maju. Kami tidak ingin meniru model yang kami lihat dari Venezuela atau Kuba.”