Bisnis.com, JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) Peru dimulai hari ini, Senin (7/6/2021), saat negara itu menghadapi pilihan polarisasi antara pemimpin populis sayap kanan Keiko Fujimori dan pimpinan serikat guru sayap kiri Pedro Castillo.
Pemilihan umum putaran kedua itu dibuka pada pukul 7 pagi waktu setempat (12:00 GMT) di sebagian besar dari 11.700 pusat pemungutan suara di negara itu. Adapun, hasil resmi diperkirakan akan mulai diperolah siang ini.
Pemungutan suara berlangsung beberapa hari setelah Peru mencatat peningkatan hampir tiga kali lipat jumlah kematian akibat Virus Corona, sehingga menjadikannya tingkat kematian akibat virus terburuk di dunia per kapita.
Sementara itu, warga mengalami kelelahan politik yang mendalam dan frustrasi akibat proses pemilu yang panjang.
“Kami muak dengan selalu diperintah oleh orang yang sama, kami ingin Peru berubah,” kata Martha Huaman, 27, seorang penjual buah di Tacabamba, di wilayah Cajamarca tempat Castillo tinggal.
Hasil jajak pendapat menunjukkan dukungan untuk kedua capres berimbang. Akan tetapi, Fujimori, yang sebelumnya ketinggalan dari Castillo dari dukungan suara mulai mengejar pesaingnya.
Baca Juga
Fujimori, 46, putri mantan Presiden Alberto Fujimori yang dipenjara, berjanji untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kebijakan pasar bebas di negara dengan produksi tembaga terbesar kedua di dunia itu.
Dia juga mengatakan, akan memaafkan ayahnya, yang dihukum karena pelanggaran hak asasi manusia.
Fujimori menghabiskan beberapa bulan dalam tahanan atas tuduhan korupsi yang dia bantah. Jika dia menang, kasus pidana terhadapnya akan dihentikan.
Dalam perjalanannya menuju tempat pemungutan suara di Lima, Fujimori mengatakan kepada wartawan: “Keiko berarti harapan. Mari kita semua keluar dan memilih. ”
Castillo, 51, seorang guru Sekolah Dasar dan pemimpin serikat pekerja, telah menggalang dukungan dari kaum miskin pedesaan Peru dengan janji untuk menasionalisasi sektor pertambangan.
Dia berjanji untuk mengubah rezim pajak perusahaan multinasional dan ingin menulis ulang konstitusi negara.
"Saya meminta warga Peru untuk tenang, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita bisa melakukan ini," katanya pada Minggu seperti dikutip Aljazeera.com, Senin (7/6/2021).
Lembaga survei mengindikasikan pemilih yang ragu-ragu dan orang Peru yang tinggal di luar negeri dapat memberikan keseimbangan dalam pemilu. Sekitar satu juta orang Peru di luar negeri adalah bagian dari 25 juta daftar pemilih.