Bisnis.com, JAKARTA – Seychelles, sebluah negara kepulauan di Benua Afrika, telah melakukan vaksinasi pada mayoritas populasinya dengan tingkat yang lebih paling tinggi dibandingkan negara lain, masih mencatatkan kenaikan kasus hingga dua kali lipan sampai 7 Mei 2021.
Lonjakan kasus Covid-19 ini menimbulkan kekhawatiran bahwa penyuntikkan vaksin pun tidak akan membantu mengurai masalah gelombang pandemi di beberapa negara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa kegagalan vaksin tidak bisa dipastikan tanpa melakukan pengujian dan evaluasi khusus pada kasusnya.
Direktur Imunisasi WHO Kate O’Brien mengatakan bahwa perlu ada penilaian lebih lanjut dilakukan di Seychelles untuk melihat faktor-faktor seperti kemunculan strain baru virus atau keparahan tiap kasusnya.
Kementerian Kesehatan Seychelles menyebutkan pada Senin (10/5/2021) bahwa angka kasus aktifnya berlipat ganda sejak sepekan sebelumnya mejadi sebanyak 2.486 orang, dengan 37 persen di antaranya sudah menerima dua dosis vaksin.
Kenaikan kasus juga terjadi di Maladewa, dan pulau-pulau di Samudra Hindia lannya yang terkenal sebagai tujuan wisata.
Baca Juga
Di Seychelles, 57 persen penduduknya disuntik dengan vaksin dari Sinopharm sebanyak dua dosis. Sementara sisanya disuntik vaksin dari AstraZeneca Plc yang dibuat di India.
Adapun, sampai 8 Mei 2021, dari semua pasien yang sudah disuntik vaksin tidak ada yang mengalami gejala parah hingga meninggal dunia.
Lantaran adanya lonjakan kasus ini, Pemerintah Kepulauan Seychelles, mulai akhir pekan lalu kembali memberlakukan pembatasan termasuk penutupan sekolah, menunda gelaran olah raga, dan melarang perkumpulan antar-rumah tangga.
Negara kepulauan tersebut sudah melakukan vaksinasi kepada warganya yang jumlahnya tak sampai 100.000 orang. Vaksin pertama merupakan donasi dari Sinopharm China dan Covishield, yang diberikan agar tujuan pariwisata ini bisa segera buka dan mendorong perekonomian.
Profesor Kedokteran di Dartmouth Geisel School of Medicine, Daniel Lucey, mengatakan sampai akhir pekan lalu, data sekuensing genetik virus masih belum tersedia untuk melacak penyebab lonjakan infeksi di Seychelles pada April.
“Namun, varian B1351 yang teridentifikasi di Afrika Selatan mulai akhir 2020, sudah ditemukan di Seychelles pada Feburari,” kata Lucey, dilansir Bloomberg, Selasa (11/5/2021),
Untuk melawan virus ini, vaksin AstraZeneca disebut tak terlalu efektif, sehingga penyuntikkan di Afrika Selatan tak menggunakan vaksin tersebut.
Adapun, lonjakan kasus di Maladewa berpotensi disebabkan dari lonjakan kunjungan dari warga negara India. Angka tambahan kasus baru di sana pun menembus tertinggi per 100.000 orang dalam lima, tujuh, dan 14 hari.
Selain itu, angka kasus aktifnya juga tercatat melonjak dari 4.978 menjadi 9.423 kasus pada 9 Mei 2021.
Sampai dengan 8 Mei 2021, lebih dari 300.000 orang di Maladewa telah menerima setidaknya dosis pertama vaksin Covid-19, dan 35 persen dari populasinya sudah menerima dua dosis. Selama ini Maladewa masih menggunakan vaksin dari Sinopharm dan Covishield.