Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Australia mengatakan bahwa perbatasan internasional Negeri Kangguru berpotensi tidak akan dibuka sepenuhnya hingga Semester 2/2022, lebih lama dari yang diperkirakan.
Penutupan perbatasan ini akan mempengaruhi industri penerbangan dan pariwisata. “Kemungkinan paling baik adalah tidak dibuka sampai Semester II/2022, tapi kalau dilihat selama pandemi ini, semua hal bisa berubah dengan cepat,” kata Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Dan Tehan, dilansir Bloomberg, Jumat (7/5/2021).
Perbatasan Internasional Australia sudah ditutup sejak awal 2020 untuk menahan penyebaran Covid-19, meskipun sudah ada travel bubble dengan Selandia Baru pada bulan lalu.
Keterlambatan program vaksinasi di Australia dan kemunculan mutasi virus yang lebih menular, terutama dari India, membuat rencana untuk membuka batas perjalanan harus kembali dikubur dalam-dalam.
Pemerintah Australia memperkirakan bisa menyuntikkan lebih banyak vaksin kepada warganya pada Oktober mendatang, sementara program penyuntikkan vaksin secara keseluruhan digeser sampai 2022 karena adanya masalah pada vaksin AstraZeneca.
Hal ini menganggapi maskapai penerbangan Qantas Airlines yang mengatakan akan mulai membuka penerbangan penuh pada Oktober mendatang, termasuk untuk rute penerbangan ke luar negeri.
“Harapannya bisa makin banyak travel bubble yang dibuat, makin banyak orang bisa melakukan perjalanan, tapi namanya sedang pandemi,” ungkap Tehan.