Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Amerika Serikat Minta Warganya Segera Tinggalkan India

Kementerian Luar Negeri AS telah mengeluarkan petunjuk perjalanan tingkat 4 atau yang tertinggi agar warga AS tidak melakukan perjalanan ke India atau meninggalkan negara tersebut.
Seorang petugas keamanan (kanan) bertugas di Bandara Internasional Indira Gandhi di New Delhi, India, Senin (25/5/2020)./Antararnrn
Seorang petugas keamanan (kanan) bertugas di Bandara Internasional Indira Gandhi di New Delhi, India, Senin (25/5/2020)./Antararnrn

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat mengimbau warganya agar meninggalkan India seiring dengan krisis Covid-19 yang semakin parah.

Dilansir Bloomberg Kamis (29/4/2021), Kementerian Luar Negeri AS telah mengeluarkan petunjuk perjalanan tingkat 4 atau yang tertinggi agar warga AS "tidak melakukan perjalanan ke India atau meninggalkan negara tersebut setelah aman untuk melakukannya."

AS memiliki 14 penerbangan langsung ke India setiap harinya dan layanan lain yang terhubung melalui Eropa, kata departemen tersebut.

Seperti diberitakan, Otoritas dan rumah sakit India sedang berjuang untuk mengatasi infeksi dan kematian Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya. Data resmi pada Kamis menunjukkan kasus baru naik 379.257 dalam 24 jam, sebanyak 3.645 orang meninggal dunia, menjadikan total 204.800 nyawa hilang.

Warga negara AS ditolak masuk oleh rumah sakit di beberapa kota karena kekurangan ruang, seperti dilaporkan situs web Kedutaan Besar dan Konsulat AS di India dalam peringatan kesehatan.

"Warga negara AS yang ingin meninggalkan India harus menggunakan pilihan transportasi komersial yang tersedia sekarang," seperti dikutip dari situs.

Semua layanan rutin warga negara AS dan layanan visa di Konsulat Jenderal AS Chennai telah dibatalkan.

Perwakilan kedutaan AS di Delhi tidak segera menanggapi pesan terkait warga AS dapat menerima bantuan meninggalkan India, dan apakah mereka menghadapi pembatasan atau tindakan karantina saat tiba di AS.

Negara Asia Selatan tengah memiliki beban kasus dengan pertumbuhan tercepat di dunia dengan 18,4 juta kasus. Timbunan kayu pemakaman massal, antrean ambulans di luar rumah sakit yang penuh sesak, dan permintaan oksigen di media sosial yang putus asa menggarisbawahi betapa tidak siapnya pemerintah pusat dan negara bagian India untuk menangani wabah ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper