Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelompok Etnis Bersenjata Serang Militer, Myanmar Kembali Tegang

Serangan tersebut dilakukan setelah Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing setuju untuk menghentikan kekerasan saat bertemu dengan pemimpin Asean di Jakarta pada akhir pekan lalu.
Seorang biksu Buddha memegang tanda berdiri di samping kendaraan lapis baja saat protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Minggu (14/2/2021)./Antara/Reuters-Stringer
Seorang biksu Buddha memegang tanda berdiri di samping kendaraan lapis baja saat protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Minggu (14/2/2021)./Antara/Reuters-Stringer

Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok etnis bersenjata di Myanmar yang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) menyerang pos militer di dekat perbatasan Thailand pada Selasa (27/4/2021). Serangan itu menunjukkan konflik sipil akan berlanjut, meski junta berjanji untuk mengakhiri kekerasan.

Dilansir Bloomberg, KNLA, anggota militer dari Persatuan Nasional Karen (KNU) yang merupakan kelompok bersenjata etnis tertua di Myanmar, telah menyerang sebuah pos perbatasan militer di Thaw Le Hta dekat kota barat laut Thailand, Mae Hong Song. Serangan telah mengakibatkan sejumlah korban jiwa, kata Saw Taw Nee, kepala Departemen Luar Negeri KNU.

Serangan tersebut dilakukan setelah Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing setuju untuk menghentikan kekerasan saat bertemu dengan pemimpin Asean di Jakarta pada akhir pekan lalu.

Seperti diketahui, junta militer Myanmar telah menyebabkan kematian lebih dari 750 orang pengunjuk rasa sejak kudeta militer pada 1 Februari. Lebih dari 3.500 orang ditahan dan dibui, menurut Asosiasi Perbantuan Tahanan Politik.

Hingga saat ini belum ada respons dari pihak militer Myanmar terkait dengan serangan tersebut.

Saw Taw Nee mengatakan lebih dari 30.000 penduduk telah melarikan diri ke zona aman sejak tentara nasional atau Tatmadaw melakukan serangan udara mematikan pada bulan Maret. Pada saat itu, jet tempur membalas serangan kelompok tersebut di pangkalan militer yang menewaskan 10 tentara dan delapan lainnya ditangkap.

Sekutu dekat pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi bergabung dengan kelompok etnis untuk membentuk pemerintahan bayangan sehingga meningkatkan kemungkinan konflik berkepanjangan dengan junta. Bahkan mereka juga mendorong pembentukan tentara serikat untuk menghadapi militer.

“Junta membuat orang hidup dalam ketakutan di daratan dan juga di wilayah yang dikuasai KNU. Kami, KNU, pada prinsipnya menerima pembentukan tentara federal, tetapi tidak realistis bahwa itu akan dibentuk dalam waktu singkat," kata Saw Taw Nee.

"Hanya ketika hak yang kami minta dapat dijamin, barulah tentara federal menjadi kenyataan," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper