Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Balas Usir 10 Diplomat AS dan Sanksi 8 Pejabat

AS dan Rusia kembali berbalas sanksi dan sentimen negatif. Apa lagi kali ini?
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan mahasiswa melalui panggilan konferensi video di kediaman negara di Zavidovo, Rusia Senin (25/1/2021)./Antara-Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan mahasiswa melalui panggilan konferensi video di kediaman negara di Zavidovo, Rusia Senin (25/1/2021)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Rusia mengusir 10 diplomat AS dan menjatuhkan sanksi kepada 8 pejabat setelah Washington DC menerapkan sanksi kepada negara tersebut.

Bloomberg melaporkan Sabtu (17/4/2021), Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov memperingatkan AS bahwa pihaknya bisa melakukan tindakan lanjutan. Dia mengancam akan mengusir sebanyak 150 diplomat AS jika ada balasan dari Negeri Paman Sam.

Pada Kamis (15/4), pemerintahan Joe Biden lebih dulu mengumumkan sanksi atas 32 entitas dan individu serta 6 perusahaan Rusia terkait tudingan adanya peretasan terhadap SolarWinds Corp. dan upaya mengintervensi Pemilu Presiden (Pilpres) AS pada tahun lalu.

Biden menyatakan tak mau memanasnya tensi antara kedua negara ini berlanjut. Dia juga mengaku tak mau meningkatkan eskalasi yang ada, tetapi bisa mengambil tindakan ekstra jika konflik terus berlangsung. 

Meski demikian, Kremlin masih membuka diri untuk melakukan pembicaraan langsung dengan Biden. 

“Seperti yang sudah kami sampaikan, kami merespons dengan positif. Sekaang kami mempelajari berbagai aspek dalam inisiatif ini,” paparnya. 

Selain mengusir para diplomat tersebut, Lavrov mengungkapkan Rusia tidak akan lagi mengimpor pekerja untuk kedutaan besarnya melalui AS serta menutup pendanaan dari Pemerintah AS yang dinilai mengganggu politik dalam negeri.

Kemudian, Rusia tidak akan mengizinkan lagi Pemerintah AS mempekerjakan staf yang menggunakan visa sementara. Rusia juga menutup komunitas yang mendapatan pendanaan dari Pemerintah AS, karena dituduh mencampuri urusan politik internal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper