Bisnis.com, JAKARTA - Aliansi produsen vaksin dunia yang dikoordinasi oleh WHO yakni GAVI - COVAX telah memgumpulkan pendanaan senilai US$400 juta dari sejumlah negara Eropa, termasuk dari yayasan milik Bill Gates untuk memenuhi kebutuhan vaksin di negara-negara berkembang.
Penggalangan dana tersebut disepakati dalam pertemuan GAVI - COVAX Facility pada Kamis (15/4/2021). Pendanaan yang hampir mencapai US$400 juta tersebut berasal dari Swedia, Norwegia, Belanda, Liechtenstein, Portugal, Jerman, dan Bill and Melinda Gates Foundation.
Namun, dana tersebut masih jauh dari target GAVI - COVAX senilai US$ 2 miliar untuk memenuhi kebutuhan 1,8 miliar dosis vaksin pada 2021.
Pertemuan yang bertajuk Investment Opportunity ini digelar secara virtual dan dihadiri kepala negara, pejabat tinggi negara, organisasi internasional, dan korporasi di bidang farmasi. Acara ini bertujuan menggalang dana untuk kebutuhan vaksin global yang dikoordinasikan oleh COVAX Facility.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang juga berpartisipasi dalam pertemuan mengatakan kampanye penggalangan dana ini akan terus dilakukan, antara lain melalui pertemuan GAVI COVAX AMC Summit yang akan digelar di Jepang pada Juni 2021, dipimpin oleh Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.
Untuk itu, dia menegaskan penolakan terhadap penimbunan vaksin Covid-19 oleh negara kaya dan mendukung kesetaraan akses vaksin. Pasalnya, hampir 1 dari 4 orang penduduk di negara berpendapatan tinggi telah divaksin, sedangkan di negara berpenghasilan rendah baru 1 dari 500 orang yang sudah divaksin.
Baca Juga
"Seluruh negara harus bersatu menolak penimbunan dan nasionalisme vaksin. Politisasi vaksin juga harus dihilangkan karena berpotensi menyebabkan perpecahan geopolitik” katanya dalam keterangan tertulis pada Jumat (16/4/2021).
Dalam kesempatan yang sama, Menlu Retno dalam sambutannya juga menyampaikan apresiasi atas telah dikirimnya 38 juta vaksin ke 100 negara di enam benua melalui skema COVAX Facility.
Hal ini menjadi bukti bahwa multilateralisme dapat membuahkan hasil yang konkret. Namun, perjuangan belum berakhir. Dia menekankan bahwa kesetaraan mendapatkan vaksin bukan sekedar kewajiban moral, tetapi kepentingan bersama.
“Setiap negara bertanggung jawab untuk memastikan akses yang setara terhadap vaksin. Setiap pihak harus lebih berani berkomitmen dan beraksi untuk memastikan terlaksananya produksi dan distribusi vaksin secara tepat waktu, serta peningkatan skala produksi vaksin,." tegas Retno.