Bisnis.com, JAKARTA - Penangguhan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson akan berlanjut setelah penemuan kasus efek samping pembekuan darah yang langka.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (15/4/2021), penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan mereka masih kekurangan informasi memadai setelah melakukan pertemuan berjam-jam guna meneliti bukti terkait pembekuan darah
Komite Penasihat CDC juga tidak dapat memastikan kapan mereka akan berkumpul kembali untuk mempertimbangkan kembali penggunaan vaksin.
Kendati demikian, penundaan tersebut diperkirakan tidak akan banyak memperlambat kampanye vaksinasi AS, kata administrasi Biden lantaran suntikan Pfizer Inc. dan Moderna Inc. masih terus berjalan.
Namun, penangguhan tersebut dapat berdampak pada vaksinasi komunitas pedesaan dan populasi lain yang sulit dijangkau.
Sebelumnya, sebanyak enam wanita menunjukkan efek samping pembekuan darah parah setelah menerima suntikan Johnson & Johnson. CDC dan Administrasi Pangan dan Obat merekomendasikan penangguhan vaksin tersebut pada Selasa (13/4/2021).
Anggota panel yang independen tersebut dengan hati-hati mempertimbangkan data dari kasus-kasus tersebut bersama dengan insiden serupa yang terkait dengan pengambilan gambar Covid-19 AstraZeneca Plc di Eropa.
“Saya ingin merasa nyaman dengan anggota keluarga saya dan dengan diri saya sendiri untuk menerima vaksin ini,” kata Beth Bell, panelis dan profesor klinis kesehatan global di Universitas Washington.
Mereka mempertimbangkan kekhawatiran vaksinasi menggunakan Johnson &J ohnson dengan risiko tertular Covid-19 yang telah merenggut nyawa 564.275 orang di AS. Dengan munculnya varian baru, terutama di Midwest, taruhannya tinggi.