Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Uni Eropa Ambil Sikap Berbeda-beda soal Vaksin Johnson & Johnson

Beberapa negara Uni Eropa memilih untuk berhati-hati terkait penggunaan vaksin Johnson & Johnson setelah adanya kasus pembekuan darah.
Vaksin Johnson and johnson
Vaksin Johnson and johnson

Bisnis.com, JAKARTA — Kepanikan mewarnai program vaksinasi di Eropa yang berjalan lamban sehingga membuat para pemimpin dari seluruh benua itu mengambil sejumlah terobosan setelah vaksin Covid-19 Johnson & Johnson dilaporkan bermasalah akibat adanya kasus pembekuan darah yang sangat langka.

Sementara itu, beberapa negara Uni Eropa memilih untuk berhati-hati. Polandia menyatakan bahwa akan melanjutkan dan memberikan 120.000 dosis pertama vaksin asal AS yang telah tiba tersebut.

Negara lain seperti Spanyol dan Portugal tidak punya pilihan. Kedua negara masih menunggu pengiriman pertama mereka.

Vaksin Johnson & Johnson, yang didistribusikan di Eropa oleh anak perusahaannya, Janssen merupakan bagian penting dari program imunisasi di benua itu.

Dari empat vaksin yang saat ini disetujui di UE, vaksin itu merupakan satu-satunya yang hanya membutuhkan satu dosis agar efektif sepenuhnya.

Johnson & Johnson ideal untuk kelompok rentan yang sulit dijangkau, seperti mereka yang menjadi tunawisma atau pekerja migran.

Akan tetapi pembuat obat tersebut memutuskan pada hari Selasa (13/4) untuk menunda pengiriman ke Eropa setelah regulator Amerika Serikat merekomendasikan penangguhan sementara penggunaan vaksin itu hingga kasus pembekuan darah bisa diatasi.

Kasus itu menjadi pukulan terbaru bagi peluncuran vaksin di Eropa, yang mencatat penggumpalan darah serupa dengan vaksin AstraZeneca sebelumnya.

Akan tetapi, regulator Eropa telah menyatakan bahwa jenis gumpalan yang tidak biasa mungkin terkait dengan suntikan AstraZeneca, yang dibuat dengan cara yang sama dan digunakan secara luas di seluruh dunia, meskipun belum diberikan di AS.

Beberapa negara telah memberlakukan pembatasan penggunaan AstraZeneca karena masalah gumpalan tersebut, sedangkan untuk Polandia, tidak ada alasan untuk menunggu.

“Sejalan dengan rekomendasi ini (oleh EMA), kami ingin menggunakannya dalam imunisasi,” kata Menteri Kesehatan Polandia Adam Niedzielski seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (15/4).

Namun, negara lain memutuskan untuk menunda. Menteri Kesehatan Italia Roberto Speranza mengatakan bahwa pemerintahnya sedang menunggu informasi lebih lanjut dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS dan EMA untuk memutuskan bagaimana melanjutkan dengan 180.000 dosis awal yang tiba pada Selasa.

“Tapi menurut saya vaksin ini harus digunakan karena ini adalah vaksin yang penting dan pilihan Johnson & Johnson untuk tidak segera memasarkannya di Eropa juga merupakan pilihan pencegahan,” kata Speranza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper