Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat memperingatkan China atas apa yang dilakukan terhadap Filipina dan Taiwan sebagai langkah yang semakin agresif. AS pun mengingatkan Beijing bahwa Washington memiliki kewajiban untuk membantu mitranya.
"Serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata Filipina, kapal umum atau pesawat terbang di Pasifik, termasuk di Laut Cina Selatan, akan memicu kewajiban kami melindunginya berdasarkan Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Filipina," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price kepada wartawan seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (8/4/2021).
Dia mengatakan bahwa AS memiliki keprihatinan yang sama dengan sekutu Filipina mengenai laporan yang terus berlanjut dari milisi maritim China di dekat Whitsun Reef.
Lebih dari 200 kapal China sebelumnya terlihat pada 7 Maret di Whitsun Reef, sekitar 320 kilometer sebelah barat Pulau Palawan di Laut China Selatan yang masih dalam sengketa. Kapal-kapal itu juga banyak tersebar di wilayah Kepulauan Spratly.
China, yang mengklaim hampir seluruh laut yang kaya sumber daya itu, menolak permohonan Filipina untuk menarik kapal, yang menurut Manila memasuki zona ekonomi eksklusifnya secara tidak sah.
Sementara itu, Ketegangan juga meningkat dengan Taiwan, yang diklaim Beijing sebagai bagian dari China. Taiwan melaporkan bahwa sedikitnya 15 pesawat menyeberang ke zona pertahanan udara pulau itu.
Baca Juga
Dalam perkembangan lain, China memprotes transit kapal perusak AS melalui Selat Taiwan di tengah meningkatnya aktivitas angkatan laut di wilayah tersebut.
China melacak dan memantau kapal induk USS John S McCain sepanjang perjalanannya pada hari Rabu, kata Zhang Chunhui, juru bicara komando wilayah timu China dalam sebuah pernyataan.
"Langkah AS mengirimkan 'sinyal yang salah kepada pemerintah Taiwan dan dengan sengaja mengganggu situasi regional dengan membahayakan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," katanya.
China mengancam akan menginvasi Taiwan untuk menegaskan klaimnya atas pulau yang mendapat dukungan kuat dari AS.