Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jusuf Kalla: Pengurus Masjid Harus Waspada Akan Kajian Radikal

JK mengatakan tidak ada masjid yang digunakan sebagai tempat untuk merencanakan teror atau pun merakit bom.
Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla. JIBI/Bisnis-Nancy Junita

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla mengajak seluruh pengurus masjid agar tetap waspada terkait dengan kajian keagamaan yang bersifat radikal.

“Hati-hati kalau ada di masjid kelompok-kelompok terdiri empat sampai lima orang dan kemudian ada gurunya, kajian sambil berbisik-bisik. Pengurus masjid harus tegur itu, jangan sampai mereka sedang kajian radikalisme,” ucap JK, Rabu (31/3/2021).

Kajian keagamaan yang bersifat radikal tersebut harus mendapat perhatian sejak dini dari para pengurus masjid dan masyarakat, supaya tidak semakin berkembang menjadi aksi teror.

Meskipun kajian-kajian bersifat radikal itu memungkinkan terjadi di masjid, JK mengatakan tidak ada masjid yang digunakan sebagai tempat untuk merencanakan teror atau pun merakit bom.

Dia mengatakan ada teror di beberapa lokasi yang selama ini terungkap direncanakan dan disusun di rumah-rumah kontrakan.

"Kalau kita lihat pemeriksaan-pemeriksaan tersangka teroris, itu tidak pernah menyebut mereka merancang aksinya dari masjid. Umumnya, itu (aksi teror) dirancang dan direncanakan di rumah kontrakan," kata Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI tersebut.

Begitu pula teror bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3/2021), pelaku-nya merancang aksi dan merakit bom di rumah kontrakan.

"Termasuk pelaku bom Gereja Katedral Makassar, itu dirancang di rumah kontrakan yang dekat rumah ibunya," ungkapnya.

Menurut JK, sifat masjid yang terbuka untuk semua kelompok Islam merupakan alasan tidak adanya masjid dijadikan tempat perakitan bom dan penyusunan aksi teror.

"Tidak dijadikannya masjid sebagai tempat perancangan dan perencanaan aksi teror itu karena masjid itu sifatnya terbuka, tidak dibatasi oleh kelompok; meskipun itu dibangun oleh orang Muhammadiyah, orang NU (Nahdlatul Ulama) boleh shalat di situ,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper