Bisnis.com, JAKARTA - Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun membeberkan alasan mengapa Moeldoko yang dipilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatra Utara pada Jumat (5/3/2021).
Dalam KLB itu diketahui ada dua nama yang dicalonkan sebagai Ketum Demokrat, yaitu Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko dan mantan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie. Namun, KLB akhirnya menetapkan Moeldoko sebagai Ketum Demokrat.
“Kalau gerakan [kudeta] itu mendudukkan Marzuki Alie saja sebagai Ketua Partai Demokrat, rasanya kurang kuat karena dia tidak sedang di dalam kekuasaan [pemerintah],” kata Refly dalam video yang diunggahnya melalui akun YouTube @Refly Harun, Sabtu (6/3/2021).
Bahkan, Refly menyebut, KLB tidak akan terselenggara jika Moeldoko tidak setuju atau tidak bersedia menjadi Ketua Umum partai lewat KLB.
“Kalau tidak ada endorsement tidak ada kesediaan dari Moeldoko maka sesungguhnya KLB tidak akan mungkin berlangsung,” imbuhnya.
Selain itu, dia juga menyampaikan dampak bagi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) jika tampuk kepemimpinan partai berlambang mercy ini benar-benar berpindah ke tangan Moeldoko.
Baca Juga
Menurutnya, AHY hampir dipastikan tidak mempunyai kekuatan apapun dalam pemilu presiden tahun 2024.
Adapun, Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang semakin meramaikan isu kudeta terhadap kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
Moeldoko yang dipilih sebagai Ketua Umum tandingan pun dengan suka dan rela menerima pinangan tersebut.
Melihat hal tersebut, SBY pun ‘turun gunung’ dan meminta keadilan kepada Presiden Jokowi melalui kementerian dan lembaga terkait KLB tersebut.
“Saya sangat merasakan apa yang para kader Demokrat rasakan saat ini. Saudara pasti marah, terhina, merasa diperlakukan sewenang-wenang dan geram,” ujarnya.