Bisnis.com, JAKARTA – Pengembangan Vaksin Merah Putih (VMP) dipastikan berjalan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.
Selambat-lambatnya, vaksin tersebut mendapatkan izin penggunaan darurat (emergency use authorization/UEA) pada pertengahan 2022 sehingga bisa langsung digunakan untuk keperluan massal.
Kepala Lembaga Biologi dan Molekuler (LBM) Eijkman Profesor Amin Soebandrio mengatakan saat ini pengembangan sudah berada pada tahap isolasi, karakterisasi, dan pemurnian dari protein yang akan dijadikan bibit vaksin.
Kendati demikian, dia menyebut kemungkinan besar tidak dapat dilakukan percepatan untuk pengerjaan pada tahap ini sehingga pengembangannya akan berlangsung secara normal.
“Tahap ini sepertinya tidak bisa dipercepat dan akan rampung pada Maret sehingga Eijkman bisa menyerahkan bibit tersebut kepada PT Bio Farma (Persero) untuk dilanjutkan dengan proses hilirisasi,” ujar Amin kepada Bisnis, Minggu (28/2/2021).
Mengacu kepada proses pembibitan yang masih berlangsung, tambah Amin, Eijkman tidak menemukan adanya kemungkinan adanya efek samping yang menyimpang dari Vaksin Merah Putih.
Baca Juga
Vaksin tersebut, lanjutnya, diperkirakan memiliki kejadian ikutan pascaimunisasi yang tidak jauh berbeda dari vaksin-vaksin lain yang sudah digunakan, seperti halnya Sinovac dan Pfizer.
Namun, tantangan yang sebenarnya justru dihadapi setelah bibit vaksin dipindahtangankan ke Bio Farma. Perusahaan tersebut, melalui Juru Bicara sekaligus Sekretaris Perusahaan Bambang Heriyanto, menyebut sejumlah prakiraan kesulitan sudah terlihat dalam proses pengembangannya ke depan.
Dalam pengembangan Vaksin Merah Putih di Bio Farma, jelasnya, tidak tertutup kemungkinan terjadinya kegagalan sehingga menarik kembali prosesnya ke fase awal.
Sebagai antisipasi, perusahaan akan menggunakan vaksin alternatif yang dikembangkan oleh institusi lain dengan platform yang sama. Dengan demikian, semua pihak yang terlibat dalam pengembangannya perlu memastikan setiap langkah benar-benar dilakukan secara presisi agar kerentanan tersebut tidak berujung kegagalan.
Perlu diketahui, pengembangan Vaksin Merah Putih melibatkan sejumlah institusi selain Eijkman. Institusi-institusi tersebut, antara lain Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Institute Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Gadjah Mada (UGM), PT Kalbe Farma Tbk., Biotis, dan Tempo Scan.
Setiap institusi mengembangkan Vaksin Merah Putih menggunakan platform dan memiliki jadwal masing-masing. Sejauh ini, belum diketahui berapa lama proses pengembangan di institusi selain Eijkman akan berlangsung.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun