Bisnis.com, JAKARTA - PT Ajinomoto Indonesia berkomitmen mengurangi tingkat emisi karbon sebesar 65.000 - 70.000 ton CO2 pada tahun 2028.
Tahun lalu, perusahaan bia mengurangi 38.500 ton CO2 (emisi karbon) pada tahun 2020.
Yudho Koesbandryo, Factory Manager sekaligus Direktur Ajinomoto Indonesia mengatakan salah satu upaya mereka menuju Keberlanjutan Global adalah dengan mengurangi dampak terhadap lingkungan dan upaya untuk melestarikan ekosistem.
“Upaya-upaya tersebut kami terjemahkan ke dalam kegiatan pengurangan emisi karbon (CO2) per unit produksi dan pengurangan konsumsi air per unit produksi di pabrik-pabrik Ajinomoto,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya.
Yudho menjelaskan, perusahaan telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan emisi karbon seperti mengurangi konsumsi bahan bakar seluruh transportasi di tempat kerja, memangkas penggunaan tenaga listrik, dan mengatasi kebocoran uap pada peralatan produksi.
“Dengan strategi ini, kami berkomitmen untuk selalu menjaga kualitas udara yang baik bagi lingkungan sekitar, dan juga turut berkontribusi untuk mengurangi kerusakan lingkungan global,” jelasnya.
Menurutnya, sejak awal perusahaan tidak hanya fokus untuk memberikan kontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan dengan menyediakan berbagai menu bergizi, tetapi mereka juga berkomitmen untuk terus menghargai dan berkontribusi bagi masyarakat melalui kegiatan ASV (The Ajinomoto Group Creating Shared Value) yang berfokus pada keberlanjutan global.
Program Implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO2 di Sektor Industri merupakan tindak lanjut dari komitmen pemerintah dalam pertemuan G20 di Pittsburgh tahun 2009 tentang Pengurangan Gas Rumah Kaca.
Penyebab utama perubahan iklim adalah meningkatnya jumlah gas rumah kaca (CO2, CH4 dan lain-lain) di atmosfer. Sebelumnya, bila tidak dilakukan gerakan pengurangan emisi di Indonesia, maka pada 2020 tercatat emisi CO2 sebesar 2.950 juta ton CO2 ekivalen.
Peningkatan emisi CO2 itu akan menyebabkan peningkatan suhu udara dan pemanasan global secara luas yang dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan perubahan iklim.
Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Industri dan Perdagangan, Laksmi Dewanti mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan di dalam Nationally Determined Contribution atau NDC Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk melaksanakan sistem pembangunan rendah karbon dan tangguh iklim dengan target penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030 dibanding emisi baseline (BaU) melalui upaya sendiri dan sampai 41% dengan dukungan internasional.
“Keberhasilan pelaksanaan NDC tidak hanya menjadi tanggungjawab melekat pada pemerintah tapi juga pemerintah daerah, swasta, LSM dan para pemangku kepentingan lainnya. KLHK terus mendorong itikad dan mendukung upaya pengurangan emisi karbon oleh pelaku industri, karena upaya pengurangan emisi karbon yang dilakukan tidak hanya akan memberikan manfaat bagi keberlanjutan lingkungan hidup, namun juga manfaat bagi keberlangsungan industri itu sendiri,” tutupnya