Bisnis.com, JAKARTA – Mendapat tuduhan sebagai tokoh yang radikal, mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin mengaku tidak kaget.
Menurut Din, tuduhan dirinya radikal bukan hal baru. Namun, menurutnya, bahwa dirinya tidak menjalankan kegiatan apa pun yang berbau radikalisme.
“Pertama, karena saya yakin apa yang dituduhkan tidak faktual baik secara subjektif. Saya rasa itu bukan jati diri atau watak saya, dan kegiatan selama ini kebalikan dari radikal. Walaupun saya tidak setuju dengan proyek deradikalisasi,” ungkapnya saat diwawancara dan tayang di akun YouTube Karni Ilyas, Minggu (21/2/21).
Adapun, sebagai Presiden Konferensi Agama dan Perdamaian se-Asia, Din juga sudah meluncurkan gerakan sejak 2012 untuk menangkal gerakan ekstremisme.
“Ini yang dipakai di dunia, ekstremisme. Secara umum radikal dan radikalisme di dunia malah jarang digunakan,” imbuhnya.
Pasalnya, menurut Din, radikal punya arti positif, yaitu akar. Dalam beragama, katanya, harus radikal, berpegang pada akar, pada prinsip. Begitu pula dengan bernegara, harus radikal, berpegang pada dasar negara.
Baca Juga
“Saya tidak kaget, karena ini bukan hal baru,” tambahnya.
Sebelumnya, sebuah organisasi masyarakat yang menamakan diri kelompk antiradikal menuding Din Syamsuddin melanggar disiplin dan etika pegawai negeri hingga memasang spanduk agar dirinya dipecat.
Tuduhan ini juga berimbas kepada sejumlah ustaz yang sempat dilarang khotbah, seminar dan diskusi dibatalkan, serta bertemu mahasiswa.
“Saya anggap bahwa terlalu lunak Muhammadiyah begini. Oh, ternyata dia dari Pesantren Gontor, makanya lebih lembut dari Muhammadiyah yang asli,” timpal Karni Ilyas.