Bisnis.com, JAKARTA – Dituding sebagai tokoh radikal, mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai orang-orang salah paham terkait pengertian kata radikal.
Menurut Din, radikal sendiri punya arti positif, yaitu akar. Dalam beragama harus radikal atau berpegang pada akar, pada prinsip. Begitu pula dengan bernegara, harus radikal, berpegang pada dasar negara. Namun, dalam konteks pandangan negatif, terutama politik. Mereka yang radikal justru yang ingin menggantikan dasar negara.
“Ketika ada sekelompok warga negara ingin menggantikan Pancasila, itu radikal politik. Kalau ekstremisme keagamaan yang memaksakan paham agamanya kepada saudara seagama, ini adalah bentuk radikal keagamaan,” jelas Din dalam wawancaranya bersama Karni Ilyas, Minggu (21/2/2021).
Hal itu berbeda dengan kritisisme terhadap kehidupan bernegara. Apabila, ada yang kritik pemerintah yang menyeleweng dari UUD dan Pancasila, menurutnya itu bukan radikal.
“Justru yang bertahan dengan pahamnya tentang Pancasila dan ingin mengubah menjadi berdasarkan trisila dan ekasila, ini malah jadi radikalisme politik. Begitu pula dengan mereka yang ingin mengganti Indonesia menjadi negara Islam, syariat, atau apapun,” imbuhnya.
Din mengatakan, dirinya dalam konferensi-konferensi perdamaian dunia, di ranah internasional, justru mempromosikan Pancasila sebagai jalan tengah perdamaian, untuk jadi ideologi dunia.
Baca Juga
“Di Muhammadiyah, saya juga menggagas Negara Pancasila, sebagai negara kesepakatan dan kesaksian. Saya ingin mengukuhkan negara Pancasila ini, dan jangan bawa ideologi-ideologi lain.