Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sekjen PDIP Sebut SBY Menzalimi Diri Sendiri Demi Pencitraan

Sekjen PDIp Hasto Kristiyanto menyebut sejak awal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang memiliki desain pencitraan tersendiri.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. JIBI/Bisnis-Nancy Junita

Bisnis.com, JAKARTA - Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menanggapi pengakuan mantan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie yang menyebut Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri 'dua kali kecolongan' pada saat Pilpres 2004.

Hasto menyebut pengakuan Marzuki Alie itu menjadi bukti bahwa sejak awal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang memiliki desain pencitraan tersendiri. Pasalnya, pada tahun 2004, SBY bertindak seakan-akan sebagai sosok yang dizolimi.

“Dalam politik kami diajarkan moralitas politik yaitu satunya kata dan perbuatan. Apa yang disampaikan oleh Marzuki Alie tersebut menjadi bukti bagaimana hukum moralitas sederhana dalam politik itu tidak terpenuhi dalam sosok Pak SBY. Terbukti bahwa sejak awal Pak SBY memang memiliki desain pencitraan tersendiri termasuk istilah 'kecolongan dua kali' sebagai cermin moralitas tersebut," kata Hasto dalam keterangannya, Rabu (17/2/2021).

Lebih lanjut, Hasto menyatakan saat ini rakyat bisa menilai mengenai apa yang dulu dituduhkan oleh SBY telah dizalimi Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Ternyata kebenaran sejarah membuktikan bahwa Pak SBY menzalimi dirinya sendiri demi politik pencitraan,” ujarnya.

Hasto juga mengaku teringat sebuah kisah yang disampaikan oleh Alm. Prof. Dr. Cornelis Lay bahwa sebelum SBY ditetapkan sebagai Menkopolhukan di Kabinet Gotong Royong yang dipimpin Presiden Megawati Soekarnoputri, saat itu ada elite partai yang memertanyakan keterkaitan SBY sebagai menantu Sarwo Edhie yang dipersepsikan berbeda dengan Bung Karno, dan juga terkait dengan serangan kantor DPP PDI tanggal 27 Juli 1996.

Namun, sikap Megawati Soekarnoputri yang lebih mengedepankan rekonsiliasi nasional dan semangat persatuan tetap memutuskan untuk mengangkat SBY sebagai Menkopolhukam.

“Saya mengangkat Pak SBY sebagai Menkopolhukam bukan karena menantu Pak Sarwo Edhie. Saya mengangkat dia karena dia adalah TNI, Tentara Nasional Indonesia. Ada 'Indonesia' dalam TNI sehingga saya tidak melihat dia menantu siapa. Kapan bangsa Indonesia ini maju kalau hanya melihat masa lalu? Mari kita melihat ke depan. Karena itulah menghujat Pak Harto pun saya larang. Saya tidak ingin bangsa Indonesia punya sejarah kelam, memuja Presiden ketika berkuasa, dan menghujatnya ketika tidak berkuasa," kata Hasto mengutip pernyataan Megawati sebagaimana disampaikan Prof. Cornelis.

Oleh karena itu, Hasto menyatakan apa yang disampaikan oleh Marzuki Alie itu bagian dari dialektika bagi kebenaran sejarah itu.

“Dengan pernyataan Pak Marzuki itu, saya juga menjadi paham, mengapa Blok Cepu yang merupakan wilayah kerja Pertamina, pascapilpres 2004, lalu diberikan kepada Exxon Mobil. Nah kalau terhadap hal ini, rakyat dan bangsa Indonesia yang kecolongan,” ujar Hasto.

Adapun, sebelumnya Marzuki Alie dalam perbincangannya dengan eks politisi Partai Nasdem Akbar Faisal mengungkapkan bahwa dirinya tidak terima dituduh sebagai pihak yang hendak mengkudeta kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono di Partai Demokrat. Pasalnya, dia mengaku memiliki kecintaan yang besar terhadap partai tersebut.

“Saya sayang dengan Demokrat. Saya masih anggota, enggak pernah berhenti. Saya diajak orang pindah ke partai A saya bilang biarlah saya di sini (Demokrat),” kata Marzuki sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored, Kamis (11/2/2021).

Marzuki kemudian menceritakan pernah menjadi orang kepercayaan SBY di masa awal berdirinya Partai Demokrat sekaligus pencalonan SBY sebagai presiden di Pilpres 2004. Dia mengaku pernah dipanggil SBY untuk berbicara empat mata usai hasil Pileg 2004.

Dalam pertemuan itu, kata Marzuki, untuk pertama kalinya SBY menceritakan rencananya untuk maju mencalonkan diri sebagai presiden dan akan menggandeng Jusuf Kalla (JK) sebagai wakilnya. Saat itu, keduanya masih sama-sama menjabat sebagai menteri di pemerintahan Megawati.

SBY diketahui menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) sedangkan JK menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra). SBY pun akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menko Polkam menjelang Pemilu 2004.

Kemudian, Marzuki mengungkapkan pernyataan SBY yang menyebut Megawati kecolongan dua kali saat Pilpres 2004. Saat itu Megawati mencalonkan diri sebagai presiden bersama Hasyim Muzadi sebagai wakilnya, namun mereka kalah dari pasangan SBY-JK.

“Pak SBY menyampaikan, Pak Marzuki, saya akan berpasangan dengan Pak JK. Ini Bu Mega akan kecolongan dua kali ini. Kecolongan pertama dia yang pindah. Kecolongan kedua dia ambil Pak JK. Itu kalimatnya,” kata Marzuki.

Namun, saat ditanya kembali oleh Akbar makna dari pernyataan kecolongan dua kali itu, Marzuki enggan membahas lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper