Bisnis.com, JAKARTA—Aparat militer Myanmar menyerang kantor partai Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi, Selasa (9/2/2021) malam.
Serangan ke markas NLD itu berlangsung beberapa jam setelah PBB mengutuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa yang menuntut Myanmar kembali ke demokrasi.
Serangan itu menanggapi aksi protes di Myanmar atas kudeta militer dan penahanan Aung San Suu Kyi.
Ratusan ribu orang turun ke jalan dalam beberapa hari terakhir menentang larangan aparat militer atas aksi demonstrasi.
"Diktator militer itu menggerebek dan menghancurkan markas NLD sekitar pukul 21.30," menurut Liga Nasional untuk Demokrasi di halaman Facebook-nya sebagaimana dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (10/2/2021).
Akan tetapi pernyataan singkat partai itu tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Baca Juga
Serangan terjadi setelah demonstrasi meletus sampai hari keempat berturut-turut.
Polisi menggunakan meriam air di beberapa kota, menembakkan peluru karet ke pengunjuk rasa di ibu kota Naypyidaw dan menyebarkan gas air mata di Mandalay.
Unjuk rasa itu berlanjut meskipun ada peringatan dari pihak militer bahwa mereka akan mengambil tindakan terhadap demonstrasi yang mengancam "stabilitas" dan larangan baru atas pertemuan lebih dari lima orang.
Di Naypyidaw, ibu kota terpencil yang dibangun khusus oleh rezim militer sebelumnya, saksi mata mengatakan polisi menembakkan proyektil ke pengunjuk rasa setelah sebelumnya menembakkan meriam air.
"Mereka melepaskan tembakan peringatan dua kali, kemudian mereka menembak [ke arah pengunjuk rasa] dengan peluru karet," kata seorang penduduk.
Setidaknya satu dokter ruang gawat darurat mengatakan militer juga menggunakan peluru tajam sehingga menyebabkan seorang pria berusia 23 tahun dan 19 tahun dalam kondisi kritis di rumah sakit.
"Kami yakin itu peluru sungguhan setelah melihat luka mereka," kata dokter itu.
Dia mengatakan pihaknya tidak mengoperasi luka mereka karena keemungkinan besar akan berakibat fatal dan bisa langsung meninggal.