Bisnis.com, JAKARTA - Ilmuwan Inggris meluncurkan studi pertama di dunia yang meneliti apakah vaksin Virus Corona yang berbeda dapat digunakan dengan aman untuk rejimen dua dosis, sebuah pendekatan yang mereka katakan dapat memberikan fleksibilitas ekstra dan bahkan meningkatkan perlindungan terhadap Covid-19, jika disetujui.
Peserta dalam studi selama 13 bulan akan diberikan vaksin Oxford/AstraZeneca dan Pfizer/BioNTech dalam kombinasi yang berbeda dan pada interval yang berbeda, menurut Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris dalam siaran persnya seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Jumat (5/2/2021).
"Jika kami benar-benar menunjukkan bahwa vaksin ini dapat digunakan secara bergantian dalam jadwal yang sama maka hal ini akan sangat meningkatkan fleksibilitas pengiriman vaksin. Selain itu, juga dapat memberikan petunjuk tentang bagaimana meningkatkan luasnya perlindungan terhadap strain virus baru," kata Matthew Snape, Kepala Peneliti dan Profesor Madya di Bidang Pediatri dan Vaksinologi di Universitas Oxford.
Pendaftaran studi yang didanai pemerintah Inggris saat ini sedang berlangsung dan hasil awal diharapkan selama musim panas, menurut keterangannya kepada wartawan.
Vaksin AstraZeneca tampaknya secara substansial telah mengurangi penularan Virus Corona, menurut studi.
Saat ini, regimen dosis vaksin untuk masyarakat umum akan tetap tidak berubah di Inggris, katanya. Tetapi, jika studi tersebut menunjukkan hasil yang menjanjikan, maka pemerintah dapat mempertimbangkan untuk merevisi rejimen vaksin yang direkomendasikan.
Penelitian itu juga akan menentukan apakah vaksinasi lebih efektif dengan jeda empat minggu atau 12 minggu antara kedua dosis. Lebih dari 800 orang diperkirakan akan ambil bagian dalam uji coba dan akan mulai divaksin pada pertengahan Februari.
Analisis yang dirilis oleh para ilmuwan Oxford, tetapi belum ditinjau oleh sejawat, menyatakan ada kemanjuran yang lebih tinggi dengan dosis vaksin Oxford-AstraZeneca.
Menteri urusan Vaksin Covid-19 Inggris, Nadhim Zahawi mengatakan, uji coba baru akan memberikan bukti penting tentang keamanan dua vaksin ketika digunakan dengan cara yang berbeda.
"Tidak ada yang akan disetujui untuk digunakan secara lebih luas sampai para peneliti dan regulator benar-benar yakin bahwa pendekatan tersebut aman dan efektif," katanya.