Bisnis.com, JAKARTA - Polisi membubarkan dan menahan ratusan pengunjuk rasa yang menentang penguncian (lockdown) Covid-19 di Hongaria, Austria, dan Belgia karena pemberlakuan karantina berlanjut di seluruh Eropa yang telah memperburuk kondisi ekonomi sejak setahun terakhir.
Polisi di Brussel mengatakan, bahwa mereka telah menangkap sejumlah orang dalam upaya untuk mencegah dua demonstrasi yang dilarang terhadap langkah-langkah untuk mengekang penyebaran Virus Corona.
"Kami menangkap lebih dari 200 orang saat ini, terutama di sekitar stasiun kereta di ibu kota Belgia,” kata seorang juru bicara polisi seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (1/2/2021).
Polisi terpaksa mengevakuasi warga di satu lapangan di depan stasiun kereta api utama. Mereka merupakan pengunjuk rasa yang merupakan pendukung klub sepak bola dari Belgia.
Puluhan orang yang menanggapi panggilan di media sosial, juga mulai berkumpul di landmark Atomium di Brussels.
"Kami mengingatkan Anda, bahwa tidak ada izin untuk datang dan berdemonstrasi pada Minggu ini," kata polisi Brussels dalam suatu cuitan.
Baca Juga
Polisi mengatakan, bahwa mereka yang masih berniat untuk berdemonstrasi di Brussel hari ini akan didekati, dicegah dan jika perlu ditahan.
Belgia mencatat salah satu tingkat kematian tertinggi di dunia selama pandemi Virus Corona, tetapi pembatasan dan penutupan bar dan restoran sejak Oktober tahun lalu bersama dengan jam malam telah menurunkan kasus infeksi dan pasien rumah sakit dalam dua bulan terakhir.
Pemerintah negara itu minggu lalu melarang perjalanan yang tidak penting ke dalam dan ke luar negeri hingga 1 Maret.
Tetangga Belgia, Belanda, diguncang oleh kerusuhan anti jam malam minggu lalu. Tetapi pengunjuk rasa mengambil taktik yang berbeda di Apeldoorn dengan seruan untuk "minum kopi bersama".
Sekitar 400 orang bubar dengan damai di pusat kota Belanda setelah berkumpul untuk demonstrasi resmi di sebuah pusat komunitas.
Di Amsterdam, kehadiran polisi dalam jumlah besar menggagalkan demonstrasi yang sebagian besar damai tetapi tidak punya izin.
Sekitar 5.000 orang menentang larangan untuk demo di Wina Austria sebagai protes terhadap jam malam dan penguncian yang bertujuan untuk membatasi penyebaran varian baru Covid-19.
Aksi pawai itu diorganisir oleh partai sayap kanan FPOe, namun banyak peserta yang mengabaikan peraturan pemerintah tentang penggunaan masker dan menjaga jarak minimal satu meter satu sama lain.
Kelompok militan dan preman neo-Nazi dilaporkan berada di antara kerumunan. Mereka menolak untuk bubar dan memblokir lalu lintas saat mereka mulai berbaris menuju gedung parlemen. Akibatnya, polisi terpaksa turun tangan dan menahan beberapa pengunjuk rasa.