Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mencatat ketersediaan rapid test antigen mencapai 2,79 juta per tanggal 15 Desember 2020 lalu.
Dikutip dari paparan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sebagain besar rapid test antigen masih dikuasai oleh suppiler yang mencapai 1,95 juta atau 69,5%.
Sementara itu sisanya berada di BNPB sebanyak 500.000 rapid test antigen dan Kementerian Kesehatan yang hanya memiliki 350.000 rapid test antigen.
Adapun rapid test antigen tersebut terdiri dari empat merek pertama Abbot sebanyak 1,5 juta, SD BioSensor sebanyak 550.500, Indec 640.000 dan GenBody sebanyak 100.000 rapid test antigen.
"Abbott siap menambah stok 1 juta pcs sebelum akhir tahun, jika diperlukan," demikian dikutip Bisnis dari bahan paparan pemerintah, Kamis (17/12/2020).
Pemerintah juga telah mencatat harga dasar jenis rapid test tersebut, harga dasar rapid test antigen bermerek Abbot tercatat paling mahal yakni sebanyak Rp120.000 - Rp160.000; Indec Rp98.000; dan SDBioSensor di kisaran Rp80.000 - Rp97.500.
Sebelumnya, Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Pandjaitan menegaskan mulai Jumat (18/12/2020), wisatawan yang melakukan perjalanan darat ke Bali untuk melakukan rapid test antigen pada H-2 atau 2x24 jam sebelum keberangkatan.
Sementara, penumpang pesawat ke Bali wajib melakukan tes uji usap (swab) Polymerase Chain Reaction (PCR) pada H-2 sebelum keberangkatan.
"Kami minta untuk wisatawan yang akan naik pesawat ke Bali wajib melakukan tes PCR H-2 sebelum penerbangan ke Bali serta mewajibkan tes rapid antigen H-2 sebelum perjalanan darat masuk ke Bali," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (16/12/2020).
Ketentuan itu diputuskan dalam Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 di DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim dan Bali secara virtual yang dipimpin oleh Luhut pada awal pekan ini. Hal tersebut sebagai antisipasi lonjakan kasus Covid-19 saat libur Natal dan Tahun Baru.