Bisnis.com, BEIJING - China dinilai sedang mengembangkan gaya diplomasi agresif yang dijuluki sebagai wolf-warrior diplomacy.
Istilah tersebut bersumber dari film aksi China model heroisme Rambo berjudul Wolf Warrior 2.
Diplomasi agresif ini disebut-sebut dijalankan para diplomat China abad-21 di bawah kepemimpinan Xi Jinping.
Terkait diplomasi China tersebut, Duta Besar Uni Eropa (EU) untuk China Nicolas Chapuis mengatakan bahwa Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) harus bekerja bersama melawan diplomasi agresif China.
Berbicara dalam forum energi di Beijing, Kamis (10/12/2020), Chapuis menyebut bahwa EU berharap dapat mencapai kesepakatan dengan pemerintahan AS yang baru di bawah Presiden Terpilih Joe Biden mengenai kebijakan terhadap China.
"Marilah kita bekerja sama dengan China sebisa mungkin, ketika kita bisa dan ketika China siap untuk bekerja sama. Marilah juga untuk tidak bersepakat ketika harus demikian," kata Chapuis.
Baca Juga
Chapuis menegaskan UE dan AS perlu punya persepsi yang sama untuk melawan China.
"Kita mesti mempunyai pemahaman yang sama untuk mengatakan 'tidak' terhadap perundungan dan intimidasi, diplomasi yang memaksa, diplomasi wolf-warrior," kata dia, merujuk pada kebijakan luar negeri China yang dianggap semakin agresif.
Chapuis juga meminta negara-negara Eropa bekerja sama dengan Australia, Selandia Baru, dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) untuk "menemukan dasar yang sama" mengenai sengketa Laut China Selatan.
China mengklaim hampir sebagian besar kawasan Laut China Selatan serta meminta negara lain agar tidak ikut campur dalam urusannya dengan beberapa negara Asean yang juga menjadi area sengketa di perairan tersebut.
"Kebebasan navigasi adalah hal yang esensial. Laut China Selatan bukan hanya perkara China, namun merupakan masalah internasional," ujar Chapuis.