Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 membuktikan legitimasi dinasti politik masih memiliki daya tarik, bahkan di sebagian tempat berhasil memenangkan kontestasi politik lima tahunan tersebut.
Tengok saja hasil Pilkada Tangerang Selatan, Solo, Medan, Kediri, Sleman, Banyuwangi, Ogan Komering Ilir, hingga Pandeglang. Semua calon yang terafiliasi dengan penguasa pusat atau penguasa-penguasa lokal di daerah tersebut menang. Setidaknya begitu versi lembaga hitung cepat maupun real count sementara.
Solo dan Medan, tentu tidak usah dipertanyakan lagi. Di dua kota ini anak dan mantu presiden yakni Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution hampir dapat dipastikan melenggang mulus menjadi elit lokal. Gibran Rakabuming Raka - Teguh Prakosa yang diusung PDI Perjuangan bahkan menang telak di atas 80%.
Cerita lain soal Bobby Nasution yang bertarung di Medan. Mantu Presiden Joko Widodo itu minim pengalaman politik. Cilakanya, lawan politiknya seorang politisi tulen dan sudah mengakar di ibu kota Provinsi Sumatra Utara tersebut.
Apalagi, sebelum pencalonan Bobby ditetapkan, sempat terjadi drama di internal PDI Perjuangan Kota Medan. Akhyar Nasution, kader senior dan merupakan inkumben, ditendang oleh partai demi memuluskan jalan Bobby.
Nasib serupa sebenarnya juga menimpa kader senior PDIP Solo Achmad Purnomo, yang terpental karena Gibran nyalon wali kota. Meskipun endingnya memang berbeda.
Peluang yang sempit ditambah calon lawannya yang merupakan inkumben membuat sejumlah pengamat pesimis Bobby akan melenggang mulus. Tetapi keberuntungan rupanya masih menghampiri Bobby. Dia unggul dengan perolehan suara 55,29 persen versi hitung cepat Charta Politika.
Kemenangan Gibran dan Bobby dalam Pilkada 2020 tentu disambut bungah oleh PDIP sebagai partai utama pengusung kedua pasangan calon wali kota tersebut. Apalagi sebelum pilkada berlangsung tiga kader partai banteng, salah satunya calon kepala daerah, ditangkap KPK.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto bahkan sesumbar bahwa kemenangan anak dan menantu presiden itu menepis isu miring soal dinasti politik. Strategi politik yang dia sebut sangat tak bisa dibanggakan itu dilakukan agar rakyat tak memilih keduanya.
Namun ternyata kalkulasi lawan politik Gibran dan Bobby salah, kotak suara membuktikan bahwa isu negatif tersebut tak laku basi dan tak bisa menjadi daya dorong elektoral. "Keduanya membuktikan diri sebagai pemimpin yang berani serta mau bertempur" demikian kata Hasto dalam keterangan resminya, Kamis (10/12/2020).
Di satu sisi, kemenangan Gibran dan Bobby juga memberi arti tersendiri bagi legitimasi politik klan Joko Widodo. Kemenangan keduanya menunjukkan bahwa 'tuah' klan Joko Widodo alias Jokowi masih manjur, kendati harus diakui popularitas presiden Jokowi mulai tergerus, terutama di kalangan Islam koservatif. Pesan utamanya: legitimasi pak Jokowi masih kuat.
Di sisi lain, kemenangan Gibran dan Bobby serta daerah lainya juga menjadi amunisi bagi partai pengusung untuk bersiap dalam kontestasi pemilihan umum (pemilu) 2024. Semakin banyak daerah dikuasai maka peluang untuk 'unjuk gigi' pada pemilu 2024 menjadi semakin besar.
Khusus bagi PDI Perjuangan, kemenangan Solo, terutama Soloraya, dan 16 daerah lainnya di Jawa Tengah juga semakin mempertegas dominasi partai wong cilik ini. Kemenangan partai politik pimpinan mbak Mega itu seolah ingin memberi pesan kepada lawan politiknya bahwa Jateng masih menjadi "Kandang Banteng".