Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Sri Lanka memutuskan menggali parit di sekitar tempat pembuangan sampah untuk mencegah kawanan gajah liar yang lapar masuk serta mengurangi konflik antara hewan dan penduduk desa.
Bagi warga di Kota Ampara, puluhan gajah liar keluar dari hutan dan menyerbu tempat pembuangan sampah bukan pemandangan asing. Gajah-gajah itu mengobrak-abrik gundukan sampah untuk mencari sisa sayuran yang layu.
Mencari makanan di tumpukan sampah membuat para gajah ini juga menelan sampah plastik. Hal ini lah yang perlahan membunuh mereka.
TPA Ampara didirikan sekitar satu dekade lalu di tengah kawasan yang menjadi rumah bagi 200 hingga 300 gajah. Pagar listrik tidak berfungsi untuk menjauhkan hewan-hewan liar dari sana.
“Tidak ada rencana atau program yang tepat untuk ini,” kata PH Kumara, bagian dari Komite Petani Gal Oya, sebuah kelompok petani di wilayah sekitar Ampara, Rabu (25/11/2020).
“Pemerintah telah mendirikan tempat pembuangan sampah di perbatasan zona perlindungan satwa liar. Setelah selesai, gajah liar dan hewan liar lainnya yang memakan sampah akan mati," katanya.
Pemerintah sekarang mencoba parit di sekitar fasilitas untuk mencegah hewan tersebut. Namun penduduk desa yang hidup berdampingan dengan hewan liar mengatakan situasinya semakin buruk.
Menurut Kumara, gajah yang tidak bisa masuk ke TPA akhirnya pergi ke desa tetangga dan merugikan penduduk di sana. "Akibatnya, konflik manusia-gajah semakin parah dan kami kehilangan gajah yang merupakan aset nasional," ucap dia.
Di Sri Lanka, tercatat ada sekitar 7.500 gajah liar. Sementara penduduk Sri Lanka berpenduduk 22 juta orang. Di negara ini Gajah dihormati dan digunakan dalam acara keagamaan dan budaya sepanjang tahun.