Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengutuk tindakan kekerasan atas nama agama di depan sembilan anggota Asean dan PBB pada Minggu (15/11/2020).
Dia mengaku prihatin terhadap tindakan intoleransi beragama yang belakangan ini terjadi.
"Kalau ini dibiarkan, maka akan mencabik harmoni dan menyuburkan radikalisme dan ekstremisme. Ini tidak boleh terjadi," ungkapnya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11 ASEAN-PBB.
Menurutnya, kebebasan berekspresi tidak bersifat absolut. Adapun nilai, lambang, dan sensitivitas agama harus selalu dihormati.
Di tengah pandemi Covid-19, dunia membutuhkan persatuan, persaudaraan dan kerja sama dalam menghadapi tantangan global.
"Di saat yang sama, Indonesia mengutuk segala bentuk kekerasan dengan alasan apapun. Terorisme tidak ada kaitannya dengan agama. Terorisme adalah terorisme," tegasnya.
Baca Juga
Hal ini berkaitan dengan ketegangan yang terjadi antara Prancis dan negara Islam setelah Presiden Emmanuel Macron yang tidak melarang penerbitan karikatur Nabi Muhammad. Karikatur yang disebut Macron bagian dari kebebasan berekspresi tersebut muncul di majalah Charlie Hebdo.
Sejumlah negara mengecam pernyataan Macron karena dianggap telah menciptakan Islamophobia. Indonesia salah satunya.
Di penghujung pidatonya, Presiden Jokowi mengajak Sekretaris Jenderal PBB untuk menggerakkan dunia agar terus bekerja sama memperkuat toleransi, mencegah ujaran kebencian, dan menolak kekerasan atas alasan apapun.
"Keberagaman, toleransi, dan solidaritas merupakan fondasi yang kokoh bagi dunia yang damai, aman, dan stabil," tandasnya.
Turut mendampingi Presiden saat menghadiri KTT ke-11 ASEAN-PBB secara virtual yaitu Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Wakil Tetap RI untuk Asean Ade Padmo Sarwono.