Bisnis.com, JAKARTA - Yuan memperpanjang penguatannya, seiring pelemahan dolar AS setelah kemenangan presiden Joe Biden.
Yuan offshore menguat 0,4 persen menjadi 6,5649 per dolar AS pada Senin (9/11/2020) pada tengah hari waktu Hong Kong.
Lonjakan ini mengikuti kenaikan sebesar 1,6 persen pada minggu lalu yang merupakan kenaikan terbesar sejak Januari 2017.
Mata uang telah menguat sejak awal Juni karena ekonomi China yang mulai pulih, sementara imbal hasil obligasi yang juga makin menarik dana luar negeri berdatangan dan investor mulai bertaruh pada hubungan yang lebih stabil dengan AS jika Biden menjadi presiden.
Dengan hasil pemilu yang sudah pasti, investor cenderung fokus pada laporan ekonomi China serta sinyal moneter dari People’s Bank of China.
Dengan tidak adanya upaya untuk menahan kekuatan mata uang, aset China dinilai akan tetap menarik.
Baca Juga
Investor asing membeli 18,4 miliar yuan atau US$2,8 miliar saham China pada hari ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Itu sejalan dengan rekor pembelian satu hari terbesar kedua.
Imbal hasil surat utang negara tenor 10 tahun mencapai 3,2 persen dibandingkan imbal hasil surat utang AS sebesar 0,8 persen.
Sementara itu, pemulihan ekspor dan konsumsi diperkirakan akan terus berlanjut karena China sebagian besar tetap bebas dari pandemi.
"Selama pelemahan dolar terus berlanjut, apresiasi yuan hanya bisa diperlambat tetapi tidak bisa dibalik," kata Gao Qi, Ahli Strategi di Scotiabank di Singapura.
"Kami mungkin mendengar komentar dari pejabat PBOC untuk memperingatkan pasar tentang pergerakan satu sisi dalam yuan dan lebih banyak relaksasi arus keluar modal."
Sejauh ini, belum ada tanda kuat untuk intervensi lebih lanjut. China melonggarkan kendali atas yuan pada kecepatan tercepat sejak devaluasi yang mengejutkan lima tahun lalu.
Dengan demikian, China harus mengurangi pembatasan pada yuan yang mengalir ke luar negeri dan memberi bank lebih banyak ruang dalam menentukan tingkat referensi.