Bisnis.com, JAKARTA - Armenia dan Azerbaijan setuju untuk menghormati "gencatan senjata kemanusiaan" dalam konflik di daerah kantong pegunungan Nagorno-Karabakh, menurut pernyataan bersama dari Departemen Luar Negeri AS dan kedua pemerintah.
Gencatan senjata akan berlaku pada pukul delapan pagi waktu setempat pada hari ini, menurut pernyataan bersama setelah sebelumnya Wakil Menteri Luar Negeri AS, Stephen Biegun bertemu dengan para menteri luar negeri kedua negara pada Sabtu (24/10/2020).
Dalam pernyataan terpisah, OSCE Minsk Group, yang dibentuk untuk menengahi konflik dan dipimpin oleh Prancis, Rusia dan Amerika Serikat, menyatakan ketua bersama dan menteri luar negerinya akan bertemu lagi pada 29 Oktober untuk membahas masalah Nagorno-Karabakh.
"Selama diskusi intensif mereka, para ketua bersama dan menteri luar negeri membahas penerapan gencatan senjata kemanusiaan, parameter yang mungkin untuk memantau gencatan senjata, dan memulai diskusi tentang elemen substantif inti dari solusi komprehensif," menurut pernyataan tersebut seperti dikutip Aljazeera.com, Senin (26/10/2020).
Gencatan senjata sebelumnya membuat jeda singkat pada Sabtu(26/10/2020) sebelum masing-masing pihak menuduh yang lain melanggarnya. Armenia pada hari Minggu(25/10/2020), menuduh pasukan Azerbaijan menembaki pemukiman sipil.
Sedangkan, pihak Azsrbaijan membantah membunuh warga sipil dan mengatakan siap menerapkan gencatan senjata, asalkan pasukan Armenia mundur dari medan perang.
Baca Juga
Gagalnya dua gencatan senjata yang ditengahi Rusia telah meredupkan prospek berakhirnya pertempuran yang terjadi sejak 27 September di Nagorno-Karabakh.
Pejabat di Nagorno-Karabakh mengatakan pasukan Azerbaijan menembakkan artileri ke permukiman di Askeran dan Martuni pada malam hari, sementara Azerbaijan mengatakan posisinya telah diserang dengan senjata kecil, mortir, tank, dan howitzer.