Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Direktur Intelijen AS: Rusia dan Iran Berusaha Ganggu Pilpres AS

Hal itu diumumkan Direktur Intelijen Nasional AS, John Ratcliffe dalam konferensi pers yang dilakukan tergesa-gesa yang juga menyertakan Direktur FBI Chris Wray.
Joe Biden dan Donald Trump bersaing keras meraup suara terbanyak di Pilpres AS 2020./Istimewa
Joe Biden dan Donald Trump bersaing keras meraup suara terbanyak di Pilpres AS 2020./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Intelijen Nasional AS, John Ratcliffe mengatakan bahwa Rusia dan Iran sama-sama berusaha mengganggu pemilihan presiden 2020.

Ratcliffe mengumumkan hal itu pada konferensi pers yang dilakukan tergesa-gesa yang juga menyertakan Direktur FBI Chris Wray.

Pengumuman dua minggu sebelum pemilihan presiden itu menunjukkan tingkat kewaspadaan di antara para pejabat tinggi AS bahwa aktor asing berusaha untuk merusak integritas pemungutan suara. Mereka juga menyebarkan informasi yang salah dalam upaya untuk mempengaruhi hasil pemilu.

"Kami telah mengkonfirmasi bahwa beberapa informasi pendaftaran pemilih telah diperoleh oleh Iran, dan secara terpisah, oleh Rusia," kata Ratcliffe dalam konferensi pers seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (22/10/2020).

Sebagian besar pendaftaran pemilih itu bersifat publik. Tetapi Ratcliffe mengatakan bahwa pejabat pemerintah telah melihat Iran mengirim email palsu yang dirancang untuk mengintimidasi para pemilih, menghasut kerusuhan sosial, dan merusak citra presiden Trump.

Ratcliffe mengacu pada email yang dikirim pada hari Rabu dan dirancang agar terlihat seperti berasal dari kelompok Pro-Trump Proud Boys, menurut sumber pemerintah.

Sejumlah badan intelijen AS sebelumnya memperingatkan bahwa Iran mungkin ikut campur untuk menyerang Trump dan bahwa Rusia berusaha membantunya dalam pemilu.

Analis mengatakan bahwa jika Ratcliffe benar, Iran akan berusaha membuat Trump terlihat buruk dan ada ancaman oleh kelompok yang terkadang melakukan kekerasan.

Email tersebut sedang diselidiki, dan satu sumber intelijen mengatakan masih belum jelas siapa di belakangnya.

Sumber pemerintah lainnya mengatakan bahwa pejabat AS sedang menyelidiki apakah orang-orang di Iran telah meretas jaringan atau situs web Proud Boys untuk mendistribusikan materi yang mengancam. Sumber tersebut mengatakan para pejabat AS mencurigai pemerintah Iran terlibat tetapi bukti tetap tidak meyakinkan.

Beberapa dari email itu juga berisi video, yang dibantah oleh para ahli, yang dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana surat suara palsu dapat dikirimkan. Ratcliffe mengatakan klaim itu salah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper