Bisnis.com, JAKARTA – AstraZeneca Plc memulai uji coba tahap akhir untuk obat antibodi terhadap Covid-19 dengan investasi besar dari AS, setelah Presiden Donald Trump memuji terapi serupa untuk membantu kesembuhannya.
Dilansir dari Bloomberg, dua uji coba yang akan dilakukan terhadap lebih dari 6.000 orang dimulai dalam beberapa pekan ke depan untuk pencegahan. Sementara itu, 4.000 orang dewasa juga akan menjalani uji obat antibodi serupa sebagai pengobatan.
Obat tersebut akan diuji kemampuannya untuk menghindari infeksi selama satu tahun pada beberapa orang dan sebagai obat pencegahan setelah pasien terpapar virus corona.
AstraZeneca adalah salah satu dari sejumlah perusahaan yang mengeksplorasi antibodi monoklonal sebagai cara untuk mencegah dan mengobati Covid-19. Obat tersebut potensial sebagai kunci untuk penduduk berisiko tinggi yang tidask cukup menunjukkan respons antibodi yang baik saat diberikan vaksin.
AS telah mendapatkan ratusan ribu dosis perawatan eksperimental dari perusahaan.
Eli Lilly & Co. dan Regeneron Pharmaceuticals Inc. pekan lalu meminta izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (US FDA), tetapi belum menerima izin. Sementara itu, Trump mengatakan koktail antibodi Regeneron menjadi kunci pemulihannya dari Covid-19.
Baca Juga
Lilly, Regeneron
Data awal dari Eli Lilly dan Regeneron menunjukkan bahwa obat-obatan tersebut efektif mencegah memburuknya kondisi pasien sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit. GlaxoSmithKline Plc dan Vir Biotechnology Inc. juga memulai tes lanjutan pada kemungkinan pengobatan antibodi pekan lalu.
Astra sepakat untuk memasok sebanyak 100.000 dosis antibodi ke AS pada akhir tahun 2020, dengan opsi pembelian satu juta dosis tambahan pada tahun 2021. AS sebelumnya memberi farmasi Inggris itu US$25 juta untuk penemuan dan evaluasi obat antibodi monoklonal, dan uji coba fase I dimulai pada bulan Agustus.
“Antibodi yang telah dikembangkan perusahaan memiliki potensi untuk memberikan efek langsung dan jangka panjang dalam mencegah dan mengobati infeksi Covid-19," kata CEO AstraZeneca Pascal Soriot dalam sebuah pernyataan yang dirilis Jumat (9/10/2020), seperti dikutip Bloomberg.